Kerasnya Hidup Sopir Bajaj di Kota Jakarta, Dipalak Preman-Kena Copet

Kerasnya Hidup Sopir Bajaj di Kota Jakarta, Dipalak Preman-Kena Copet

Ignacio Goerdi Oswaldo - detikFinance
Minggu, 07 Jul 2024 19:00 WIB
Ahyar, Sopir Bajaj
Foto: Ignacio Geordi Oswaldo/detikcom
Jakarta -

Setiap pekerjaan memiliki risikonya masing-masing, termasuk para sopir bajaj ibu kota yang harus merasakan panasnya kehidupan di aspal jalan Jakarta. Mereka harus siap dipalak preman hingga kecopetan di tengah siang bolong.

Pada Kamis (4/7/2024), saat menyusuri sudut-sudut Jakarta yang sebentar lagi tidak akan menjadi ibu kota lagi, detikcom melihat satu unit bajaj diam terparkir di belakang Pasar Tanah Abang Blok B, Jakarta Pusat. Bajaj berwarna biru dengan atap hitam terparkir tepat di sisi jalan dekat trotoar yang dipenuhi lapak dagangan.

Sore itu saat hujan rintik terus membasahi jalan, terlihat Ahyar (65) sang sopir bajaj tersebut sedang terduduk di dalam sembari menawari orang-orang yang melintas untuk menjadi penumpangnya. Melihat itu, detikcom sontak mendekatinya dan berupaya untuk mengajaknya berbincang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan ramah Ahyar memperkenankan diri untuk mengobrol bersama. Kemudian ia mempersilahkan untuk masuk ke dalam bajaj yang dikendarainya karena kondisi di luar masih hujan. Namun tak lama kemudian seorang pemuda tiba-tiba datang dan meminta uang.

Dengan sigap Ahyar mengatakan maksud detikcom masuk ke bajaj itu, dan mengatakan bahwa yang duduk di belakangnya itu bukanlah penumpang. Ia juga memastikan bahwa bajaj itu tidak akan jalan ke tempat lain dan hanya akan berbincang-bincang sebentar.

ADVERTISEMENT

Usut punya usut, ternyata pemuda yang datang untuk meminta uang itu merupakan para 'pengaman' di kawasan Pasar Tanah Abang. Ahyar mengatakan di tempatnya biasa mangkal itu memang ada sejumlah orang yang meminta 'uang keamanan' saat bajaj baru berhenti untuk mangkal dan saat mendapat penumpang setelah mangkal.

"Uhhh di sini harus bayar, kalau nggak bayar ditendang (diusir dari kawasan itu). Di (depan) Blok B Rp 10 ribu (biaya mangkal), di sini (belakang Blok B dekat CTA) Rp 5 ribu (saat baru datang untuk mangkal) sama Rp 2 ribu (saat dapat penumpang)," kata Ahyar sembari sedikit berbisik namun penuh penekanan dan kekhawatiran.

Lebih lanjut, ia menjelaskan di beberapa titik dekat Pasar Tanah Abang, para sopir bajaj akan dikenakan biaya mangkal dan tarik penumpang yang berbeda-beda. Seperti di tempat kami bertemu, para sopir harus membayar Rp 5 ribu saat tiba dan parkir untuk mangkal dan Rp 2 ribu saat mendapat penumpang.

Artinya ia harus membayar Rp 7 ribu setiap kali mangkal dan mendapat penumpang. Kemudian di titik lain yang tak jauh dari sana, para sopir bajaj juga dikenakan biaya mangkal sebesar Rp 5 ribu dan biaya narik penumpang sebesar Rp 2 ribu.

Namun yang membedakan titik ini dengan tempat mangkalnya adalah, di sana para sopir bajaj hanya dikenakan satu kali 'ongkong mangkal' untuk satu hari penuh. Sedangkan di tempatnya, para sopir harus membayar ongkos mangkal setiap kali datang (meski sebelumnya sudah bayar dan baru kembali dari mengantar penumpang).

Kalau di depan Blok A, para sopir akan dikenakan tarif mangkal sebesar Rp 15 ribu. Sedangkan untuk biaya narik penumpang dikenakan Rp 5 ribu. Oleh karenanya para sopir di dekat blok A tidak ada yang mau terima penumpang dengan ongkos jalan kecil, karena uang mereka akan habis dari biaya 'keamanan' tersebut.

"Kesian, kadang (baru keluar untuk narik bajaj) belum makan belum apa nih, dipaksain kalau nggak ada duit nggak bisa mangkal di sini harus muter terus. Barang Rp 5 ribu nggak ada, tahu sendiri bajaj. Orang kalau mau nangis-nangis dah," ucapnya memelas.

Sementara itu, Husen (52), yang biasa mangkal di dekat Stasiun Manggarai mengaku di kawasan itu tidak ada biaya 'keamanan' untuk mangkal di kawasan itu. Begitu juga dengan biaya saat narik penumpang.

Namun berdasarkan pengalamannya yang sudah lebih dari 20 tahun jadi sopir bajaj, ia pernah dicopet saat sedang beristirahat di siang hari. Alhasil ponsel yang dimilikinya harus raib diambil orang.

"Pernah di sini lagi tidur siang, bangun-bangun ponsel ilang. Kecolongan nggak tahu siapa yang ambil," ucapnya.

Selain saat mangkal, ia juga mengingatkan para penumpang untuk tidak bermain handphone saat berada di bajaj, terutama saat di depan lampu merah. Karena modus pencopetan ini juga sering terjadi saat berada di tengah jalan raya Kota Jakarta yang sebetulnya sangat padat pengendara.

Tidak hanya itu, ia juga sering mengingatkan para penumpangnya untuk tidak memberikan uang kepada para pengemis ataupun pencopet. Apalagi kalau yang bersangkutan mengeluarkan dompet saat ingin memberi uang.

"Pernah dulu ibu-ibu, dari (Rumah Sakit) Carolus mau ke (Stasiun) Pasar Senen. Sudah saya bilang 'bu nanti kalau ada orang minta atau ngamen nggak usah di kasih', dia bilang 'iya'. Eh pas di lampu merah (dekat Flyover Senen) ada orang minta-minta dia malah ngeluarin dompet masuk kasih uang, orangnya (pengamen) bilang 'kelamaan sini dompetnya (sembari mencopet)'," ungkap Husen.

"Habis itu ibu-ibunya teriak 'mas tolongin itu dompet saya diambil', ya saya bilang 'nggak mau saya bu, kan sudah dibilang jangan kasih'. Saya sih nggak mau ikutan kalau urusan gitu ya, soalnya kan orangnya langsung lari ke gang-gang, kita nggak tau di sana ada temennya apa nggak, daripada mati konyol dikeroyok atau malah kita yang diteriaki maling saat ngejar," ceritanya lagi.

Berbeda lagi dengan sopir Bajaj bernama Mulyono (60) yang biasa mangkal di dekat gerbang masuk Blok III Pasar Senen. Di kawasan itu ia mengaku tidak ada jatah preman dan khawatir akan kecopetan siang bolong.

Namun yang harus diwaspadai justru petugas dinas perhubungan (dishub) Kota Jakarta ataupun Satpol PP yang sering melakukan penertiban di kawasan itu agar tidak ada kemacetan ataupun mengganggu aktivitas masyarakat sekitar.

Sama seperti pedagang kaki lima yang kerap 'kucing-kucingan' dengan petugas, Mulyono harus siap kabur kalau tidak ingin tertangkap. Kalau tidak bajaj yang dikendarainya bisa diangkut petugas dan ia harus membayar biaya denda tilang yang cukup mahal di kantor petugas.

"Ini (bajaj yang dikendarainya) pernah dikandangin (ditangkap dan diamankan petugas)," jelasnya.

(das/das)

Hide Ads