Tantangan Besar di Balik Program Makan Bergizi Gratis Prabowo

Tantangan Besar di Balik Program Makan Bergizi Gratis Prabowo

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Senin, 29 Jul 2024 12:11 WIB
Sejumlah siswa menyantap makanan bergizi gratis saat simulasi program makan siang gratis di SD Negeri Jagalan, Solo, Jawa Tengah, Kamis (25/7/2024). Ratusan siswa dari tiga SD Negeri di Solo yang menjadi sasaran program akan mendapat kiriman makanan bergizi setiap hari selama simulasi fase pertama program makan bergizi gratis berlangsung dari 25 Juli 2024 hingga 8 Agustus 2024. ANTARAFOTO/Maulana Surya/rwa.
Ilustrasi makan bergizi gratis.Foto: ANTARA FOTO/Maulana Surya
Jakarta -

Program makan bergizi gratis menjadi salah satu andalan presiden terpilih Prabowo Subianto. Untuk menjalankan program tersebut bukan tanpa tantangan, salah satunya terkait pasokan pangan.

Mantan Anggota Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Anggawira, menerangkan Indonesia merupakan negara kepulauan dengan pasokan pangan yang berbeda-beda. Menurutnya, harus banyak masukan dan uji coba sehingga program ini bisa sesuai dengan target yang diharapkan.

Dia mengakui, salah satu tantangan yang besar adalah wilayah terluar atau pinggiran.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya lihat di beberapa tempat kita juga sudah dilibatkan saat ini untuk melakukan uji coba. Hanya memang kalau untuk daerah-daerah remote area challenge akan sangat luar biasa karena juga ketersediaan suplai bahan bakunya ini yang sangat-sangat kurang. Ini mungkin perlu strategi khusus," katanya dalam acara Economist Gathering:The Urgency of Investing in Children during Prabowo Presidency, Senin (29/7/2024).

Selain itu, menurut Anggawira, Indonesia juga memiliki pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) yang tersebar di berbagai wilayah. Dia mengatakan, puskesmas juga bisa mempercepat edukasi terkait gizi.

ADVERTISEMENT

"Harus punya jangkauan edukasi terutama dalam konteks gizi tadi, karena PR-nya kalau memang ada ketersedian tapi juga tidak diedukasi ini menjadi salah satu masalah yang sangat krusial," katanya.

Ekonom Senior Didik J Rachbini mengatakan, Indonesia memiliki 80 juta penduduk anak-anak saat ini. Dia bilang, seorang anak yang lahir tahun ini akan berusia 20 tahun pada 2045. Kemudian, semua anak-anak sekarang akan menjadi angkatan kerja di 2045.

Menurutnya, sangatlah penting untuk investasi pada anak-anak saat ini.

"Ini jauh lebih penting dari investasi jenis lainnya sebagaimana kita ketahui bersama kebijakan terkait anak merupakan pondasi kuat untuk mencapai Indonesia Emas 2045," ungkapnya.

(acd/hns)

Hide Ads