Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2024 mencapai 5,05% secara year on year (yoy). Capaian itu lebih rendah dibandingkan kuartal I-2024 yang mencapai 5,11% dan kuartal II-2023 yang mencapai 5,17%.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2024 bila dibandingkan dengan triwulan II-2023 atau secara year on year tumbuh sebesar 5,05%. Bila dibandingkan dengan triwulan I-2024 atau secara Q to Q tumbuh sebesar 3,79%," kata Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh Edy Mahmud dalam konferensi pers, Senin (5/8/2024).
Dari sisi pengeluaran, pada triwulan II-2024 seluruh komponen mengalami pertumbuhan positif. Komponen pengeluaran yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB adalah konsumsi rumah tangga dengan kontribusi sebesar 54,53% dan tumbuh 4,93% (yoy) didorong oleh periode libur hari besar keagamaan dan libur sekolah yang lebih panjang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, konsumsi pemerintah tumbuh sebesar 1,42%. Hal ini terutama didukung oleh penyerapan Belanja Modal dan Belanja Barang yang cukup tinggi, masing-masing sebesar 39,5% dan 6,1% terutama karena gaji ke-13 ASN yang diberikan pada Juni 2024.
Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto) tercatat tumbuh menguat sebesar 4,43% (yoy) ditopang oleh kinerja pertumbuhan investasi bangunan yang tumbuh 5,31%. Penyerapan belanja modal pemerintah yang tinggi terkait penyelesaian berbagai Proyek Strategis Nasional (PSN), termasuk pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan investasi.
Aktivitas konstruksi properti sektor swasta juga terus menunjukkan tren peningkatan yang terkait erat dengan kebijakan Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) perumahan. Sementara itu, aktivitas investasi yang terkait komponen mesin dan perlengkapan tumbuh 6,08%.
Aktivitas investasi swasta yang masih kuat juga terlihat dari kinerja realisasi PMA dan PMDN yang tumbuh 22,49%, serta PMI Manufaktur yang berada di zona ekspansi sepanjang triwulan II-2024. Berkurangnya sentimen wait and see pasca Pemilu berkontribusi mendorong aktivitas investasi.
Kinerja ekspor barang dan jasa pada triwulan II-2024 tumbuh tinggi 8,28% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 1,37%. Ekspor barang mencatatkan pertumbuhan sebesar 7,73%, terutama didorong oleh peningkatan ekspor komoditas besi baja dan bahan bakar mineral di mana secara volume tumbuh masing-masing sebesar 21,6% dan 8,3%.
Secara spasial pada triwulan II-2024 seluruh wilayah mencatatkan pertumbuhan positif meskipun bervariasi. Wilayah Maluku dan Papua mencatatkan pertumbuhan ekonomi tertinggi sebesar 8,45% (yoy) karena kebijakan hilirisasi mineral yang diterapkan oleh pemerintah.
Pertumbuhan ekonomi wilayah Kalimantan juga konsisten berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional, tercatat sebesar 5,22% (yoy) karena terkait pembangunan IKN yang meningkatkan aktivitas ekonomi di wilayah setempat. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi wilayah Sumatera dalam beberapa tahun terakhir tercatat berada di bawah rata-rata pertumbuhan nasional.
Sementara itu, wilayah Jawa sebagai kontributor utama perekonomian mengalami pertumbuhan yang relatif moderat sebesar 4,92% ditopang oleh aktivitas sektor manufaktur dan sektor jasa. Sementara itu, wilayah Bali dan Nusa Tenggara tumbuh 6,84% ditopang oleh meningkatnya aktivitas pariwisata.
Target Ekonomi Jokowi Tak Akan Tercapai?
Melihat fakta yang dipaparkan BPS, Ekonom Senior INDEF Tauhid Ahmad menilai target Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menginginkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% di 2024 sulit tercapai. Untuk mencapai target itu, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2024 dan kuartal II-2024 disebut harus berada di atas 5,1%.
"Menurut saya tidak ideal, harusnya bertahan karena targetnya kan 5,2%. Kalau 5,2% tapi dua kuartal sudah di bawah 5,1%, berat untuk kuartal III-2024 dan kuartal IV-2024. Biasanya, mengumpulkan poin itu di kuartal I dan kuartal II, jadi menurut saya tidak ideal karena jelas target 5,2% pemerintah Jokowi itu tidak happy ending," kata Ahmad kepada detikcom.
Ahmad menilai pertumbuhan ekonomi yang sebesar 5,05% pada kuartal II-2024 ditopang oleh sejumlah hari raya. Tanpa hal tersebut, ia yakin perekonomian Indonesia bisa di bawah 5%.
Ia pun mewanti-wanti pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2024 yang berjalan mulai Juli-September mendatang. Jika pemerintah tidak mendorong konsumsi, akan sulit bagi perekonomian Indonesia untuk bertahan di angka 5%.
Menurutnya, ada berbagai faktor yang menyebabkan hal tersebut. Mulai dari tanda-tanda deflasi, sampai ketiadaan momentum yang mendorong masyarakat untuk berbelanja. "Tidak ada momentum lagi di kuartal III-2024 sebagai motor pertumbuhan ekonomi," tegasnya.
Untuk menjaga roda perekonomian Indonesia terus berputar pada kuartal III-2024, Ahmad menyebut pemerintah harus menggenjot konsumsi pemerintah meski kontribusinya hanya 8% terhadap perekonomian nasional. Upaya lainnya termasuk menjaga arus barang impor untuk menjaga geliat industri dalam negeri.
Selain itu, konsumsi yang dilakukan oleh para calon di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) juga diharapkan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. "Konsumsi pemerintah juga berkaitan dengan Pilkada, nah Pilkada ini diharapkan ada akumulasi belanja pemerintah maupun para calon kandidat untuk bisa menambah daya gebrak, terutama dari belanja pemerintah untuk mendorong konsumsi masyarakat," jelas dia.
(aid/das)