Kemenkop UKM Sebut RI Masuk Fase Senang Jual Barang Impor, Ini Bahayanya

Kemenkop UKM Sebut RI Masuk Fase Senang Jual Barang Impor, Ini Bahayanya

Retno Ayuningrum - detikFinance
Rabu, 07 Agu 2024 12:38 WIB
Pelaksana Tugas Deputi Bidang UKM KemenKop UKM, Temmy Setya Permana
Pelaksana Tugas Deputi Bidang UKM KemenKop UKM, Temmy Setya Permana/Foto: Retno Ayuningrum/detikcom
Jakarta -

Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) menyebut Indonesia mengalami fase penurunan kontribusi industri terhadap perekonomian atau deindustrialisasi. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi industri pada Produk Domestik Bruto (PDB) hanya sebesar 20%.

Pelaksana Tugas Deputi Bidang UKM KemenKop UKM, Temmy Setya Permana mengatakan dalam 10 tahun ke depan usaha dalam negeri akan mengalami fase deindustrialisasi. Dia menyebut industri dalam negeri sudah memasuki fase tersebut.

"Apa yang sedang sekarang sedang terjadi Saya rasa dalam waktu 10 tahun ke depan usaha kita akan terjadi deindustrialisasi. Saat ini pun sudah terjadi sebetulnya, data PDB industri kita saat ini sudah di bawah 20%," kata Temmy dalam acara Jakarta International Investment, Trade, Tourism, and SME Expo (JITEX) 2024 di JCC Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (7/8/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Temmy menjelaskan dampak yang terjadi apabila fase tersebut terus berlanjut, yakni muncul fenomena margin hunter. Fenomena ini ditandai dengan pergeseran pelaku usaha menjadi distributor.

Temmy menilai alih-alih membangun pabrik atau berinvestasi, pelaku usaha memilih untuk berburu barang-barang impor yang harganya jauh lebih murah. Alhasil, lapangan kerja berkurang.

ADVERTISEMENT

"Dampaknya apa kalau terus terjadi? Lapangan kerja akan semakin berkurang karena masuknya impor dan akan terjadi yang namanya margin hunter. Banyak pelaku usaha yang memiliki modal enggak untuk berinvestasi, untuk membangun manufaktur baru, untuk pabrik baru. Mereka lebih cenderung beli produk impor yang harganya lebih murah bisa langsung mendapatkan profit kalau ini dibiarkan," jelasnya.

Dia mendorong agar pemerintah daerah mengumpulkan pelaku UMKM menjadi satu merek, dalam hal ini Made In Jakarta. Langkah ini membuat kepastian dalam kualitas produk UMKM.

Langkah ini juga dapat menjadikan Jakarta sebagai pusat mode fesyen dunia. Pasalnya, Jakarta dinilai menjadi salah satu kota yang potensial untuk berwirausaha.

"(Upaya ini) menjadikan Jakarta sebagai pusat mode fashion di dunia. Kita ingin sektor satu ini jangan sampai kecolongan lagi, Indonesia dengan negara yang memang besar 270 juta rakyat, negara lain memandang kita sebagai produk pasar yang sangat potensial. Kalau industri maupun perusahaan di dalam negeri tidak memanfaatkan peluang ini dengan melihat tren ini," imbuhnya.

(ara/ara)

Hide Ads