Daya Beli Kelas Menengah ke Bawah Turun, Kemendag Ungkap Tandanya

Daya Beli Kelas Menengah ke Bawah Turun, Kemendag Ungkap Tandanya

Retno Ayuningrum - detikFinance
Kamis, 08 Agu 2024 17:07 WIB
Uang Rupiah Baru
Ilustrasi/Foto: Muhammad Ridho
Jakarta -

Daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah turun. Hal ini dapat terlihat dari aktivitas jual beli, baik di pasar maupun ritel cenderung sepi.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Isy Karim mengatakan selain melihat dari konsumsi rumah tangga dari Badan Pusat Statistik (BPS), pihaknya juga memantau langsung ke pasar. Isy mengatakan, pihaknya mendapati keluhan dari pedagang Pasar Tanah Abang dan Mangga Dua yang mengklaim sepi pembeli

"Sebenarnya, kami melihat di samping angka BPS, juga real di pasar aja udah kelihatan adanya (penurunan daya beli). Setiap kami melakukan survei ke pasar, bukan ritel ya, tradisional, tapi lebih ke pasar lah, seperti Tanah Abang dan Mangga Dua. Memang keluhan yang disampaikan pedagang memang agak lumayan turun. Jadi itu merupakan indikator," kata Isy saat ditemui di Pantai Indah Kapuk (PIK) Avenue, Jakarta Utara, Kamis (8/8/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Isy menjelaskan, pihaknya masih terus memantau seberapa dalam penurunan daya beli tersebut. Adapun siasat yang telah dilakukannya dengan menggelar pameran serta diskon di ritel agar dapat sekaligus menggairahkan ritel dalam negeri.

Selain itu, dia menegaskan para pedagang tak perlu cemas akan terjadi razia di pusat belanja maupun di pasar. Pasalnya, pihaknya menyasar razia pada barang impor ilegal yang terhimpun di gudang importir. Dia pun berharap baik masyarakat maupun pedagang dapat melakukan aktivitas jual beli dengan tenang.

ADVERTISEMENT

"Kami mengharapkan para pedagang itu tidak usah khawatir bahwa tidak dilakukan yang dinamakan razia. Barang impor ilegal itu bukan di pusat perbelanjaan, di pusat di pasar, tapi yang dilakukan adalah di gudang importir. Jadi itu sehingga masyarakat tetap berbelanja dengan tenang dan pedagang juga untuk tetap melakukan aktivitas dagangannya," terangnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan daya beli masyarakat yang menurun ini juga terlihat dari aktivitas di pusat belanja atau mal. Hal tersebut dapat dilihat dari tren belanja masyarakat yang cenderung membeli produk dengan harga yang lebih murah.

"Sebetulnya dari tren gaya belanjanya sudah kelihatan. Masyarakat kelas menengah bawah ini karena uangnya yang sedikit tadi, dia belanjanya ke barang-barang yang lebih kecil nilainya gitu, harga satuannya itu. Makanya kenapa toko-toko, ya mungkin saya sebut aja brand-brand, toko-toko, seperti Miniso, KKV, DIY, Sociolla, penjualannya kan luar biasa, karena mereka jual barangnya per itemnya kan harganya murah, kecil," ujarnya.

Sebagai informasi, daya beli masyarakat yang menurun dapat dilihat dari konsumsi rumah tangga. Berdasarkan data BPS, konsumsi rumah tangga kuartal II-2024 sebesar 5,05%. Namun, konsumsi rumah tangga dalam tiga kuartal terakhir hanya tumbuh di bawah 5%.

Konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2024 hanya tumbuh 4,93% secara tahunan (year on year/yoy). Meskipun masih menjadi pendorong utama perekonomian, pertumbuhan konsumsi rumah tangga berada di bawah 5% dalam tiga kuartal terakhir.

"Dari hitungan BPS, konsumsi rumah tangga sebetulnya tetap tumbuh positif 4,93%, nilai konsumsinya lebih tinggi dari tahun sebelumnya, namun pada sebagian komoditas mengalami pertumbuhan yang tidak setinggi pertumbuhan tahun lalu," kata Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh Edy Mahmud dalam konferensi pers, Senin (5/8/2024).

(ara/ara)

Hide Ads