Menteri Jokowi Tertawa Respons Isu Makan Gratis Bakal Kerek Impor Pangan

Menteri Jokowi Tertawa Respons Isu Makan Gratis Bakal Kerek Impor Pangan

Ilyas Fadilah - detikFinance
Rabu, 21 Agu 2024 20:00 WIB
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa.
Foto: Shafira Cendra Arini/detik.com
Jakarta -

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Suharso Monoarfa menjawab kekhawatiran program makan bergizi gratis bakal mendongkrak impor pangan Indonesia. Program yang diusung pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka itu disebut berpotensi mengerek impor beras dan susu.

Suharso sempat tertawa dan menanyakan sumber yang mengkhawatirkan program makan bergizi gratis bisa menambah impor pangan. Untuk susu yang masih mengandalkan impor misalnya, menu tersebut bisa disesuaikan dengan sumber protein lainnya yang tersedia di Indonesia.

"Dari mana (bisa menambah impor pangan)?" tanya Suharso lalu kemudian tertawa saat ditemui di Kompleks DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (21/8/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nah susu kan bisa diganti, jadi kalau misalnya butuhnya protein kita ganti dong dari hewani ke nabati. Telur itu kan hewani, ayam itu hewani gitu," jelas dia.

Suharso menegaskan anggapan tersebut tidak benar, terlebih banyak opsi lain pengganti susu. Yang jelas, kata dia, banyak negara-negara di dunia sudah menerapkan perbaikan gizi untuk anak-anak di sekolah.

ADVERTISEMENT

"China melakukan, Jepang melakukan, bahkan Amerika melakukan, negara-negara maju melakukan, Brasil melakukan .Dan di zamannya Pak Harto dulu juga ada tambahan makanan itu. Sekarang ini kita punya tambahan makanan untuk Ibu-ibu yang sedang hamil tapi memang jumlahnya sedikit," bebernya.

Pada kesempatan itu, ia menyebut kebutuhan protein untuk masyarakat memang penting dipenuhi. Ia menyebut konsumsi daging merah Indonesia termasuk yang terendah di kawasan Asia Tenggara, yaitu hanya 1,7 kilogram per kapita per tahun.

Sementara negara-negara di Eropa ada yang sudah mencapai 14 kilogram per kapita per tahun. Bahkan di kawasan Asia Tenggara sudah ada yang konsumsinya mencapai 6-8 kilogram per kapita per tahun.

"Tapi sebenarnya kebutuhan daging merah Itu penting buat usia pertumbuhan anak-anak sampai dengan balita dan khususnya untuk ibu-ibu yang sedang hamil untuk mencegah stunting. Jadi sebenarnya bagus itu kalau kita tidak makan daging, bagus juga 1,7 kilo," ujar Suharso.

Dalam catatan detikcom, program makan bergizi gratis disebut Badan Pangan Nasional (Bapanas) bisa menambah jumlah impor beras dan susu. Hal ini berpeluang dilakukan jika kuota beras dan susu yang diproduksi dari dalam negeri tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan program tersebut.

Simak Video: Ketum MUI: Kalau Ada Presiden Mau Beri Makan Rakyat Itu Program Allah

[Gambas:Video 20detik]



(ily/rrd)

Hide Ads