Lebih lanjut, Bara mengatakan, China dan Amerika Serikat (AS) masih menjadi pasar utama ekspor nonmigas Indonesia pada Agustus 2024 dengan nilai mencapai US$ 7,94 miliar. Kedua negara ini berkontribusi sebesar 35,50% dari total ekspor nonmigas nasional.
"Ekspor nonmigas Indonesia ke Tiongkok naik 10,42% dan ke AS 20,80%. Pada saat bersamaan, kinerja ekspor nonmigas Indonesia ke sejumlah negara mitra dagang juga meningkat signifikan. Ekspor nonmigas Indonesia ke Mesir tumbuh 115,26%, Turki 40,39%, Afrika Selatan 36,99%, Thailand 36,67%, serta Pakistan 25,00%," terangnya.
Di samping itu, tingginya nilai ekspor Indonesia ini juga surplus neraca perdagangan. Per Agustus 2024 jumlahnya meningkat signifikan sebesar US$ 2,9 miliar dibandingkan Juli 2024 yang hanya meningkat US$ 0,5 miliar dari bulan sebelumnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi peningkatannya sangat besar, jadi jump-nya itu lompatannya sangat-sangat dramatis, sebesar US$ 2,4 miliar. Jadi ini tentu saja hasil yang sangat membanggakan, dan kita syukuri semua di Kementerian Perdagangan, mengingat memang situasi ekonomi global juga sedang mengalami uncertainty," ujarnya.
Surplus Agustus 2024 sebesar US$ 2,90 miliar didorong surplus nonmigas sebesar US$ 4,34 miliar dan defisit migas sebesar US$ 1,44 miliar. Sementara itu secara akumulasi, pada periode Januari-Agustus 2024 Indonesia mencatatkan surplus sebesar US$ 18,85 miliar. Surplus tersebut dihasilkan dari surplus nonmigas sebesar US$ 32,54 miliar dan defisit migas sebesar US$ 13,69 miliar.
"Selama 52 bulan terakhir, setiap bulan kita selalu mencapai surplus. Jadi ekspor selalu lebih besar daripada impor. Memang pada bulan Juli surplus itu mengalami penurunan cukup tajam, karena kita melakukan import cukup besar pada Juni, terutama impor bahan baku untuk industri, yang sebetulnya bukan sesuatu yang otomatis jelek," kata dia.
AS, India, dan Filipina masih menjadi penyumbang surplus perdagangan terbesar selama Agustus 2024 dengan total sebesar US$ 3,42 miliar. Sementara itu, negara yang menjadi penyebab defisit perdagangan nonmigas pada Agustus 2024 adalah China, Singapura, dan Australia dengan total defisit US$ 2,59 miliar.
Sedangkan impor di Agustus ini tercatat sebesar US$ 20,67 miliar turun 4,93% dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Pelemahan impor Agustus 2024 (MoM) terjadi baik pada sektor nonmigas sebesar 0,89% maupun pada migas sebesar 25,56% dari bulan sebelumnya.
Bara memaparkan, hanya impor barang modal yang naik, sedangkan impor golongan lainnya turun. Impor barang modal tercatat naik sebesar 4,69 % (MoM). Adapun barang modal yang mengalami lonjakan impor di antaranya instrumen dan peralatan navigasi, perangkat pembangkit tenaga listrik, aparatus radio kendali jarak jauh, komputer, serta mesin derek. Sementara itu, impor bahan baku/penolong turun sebesar 7,16%.
Berdasarkan negara asal, impor nonmigas Indonesia didominasi dari Tiongkok, Jepang, dan Australia dengan total nilai sebesar US$ 8,83 miliar dan pangsa 48,99% dari impor nonmigas Agustus 2024.
(shc/ara)