KKP Klaim Harga Susu Ikan Lebih Murah Dibanding Susu Sapi

KKP Klaim Harga Susu Ikan Lebih Murah Dibanding Susu Sapi

Retno Ayuningrum - detikFinance
Jumat, 27 Sep 2024 13:11 WIB
susu ikan
Foto: Retno Ayuningrum
Jakarta -

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengklaim harga susu ikan lebih murah dibandingkan dengan susu sapi. Susu ikan dibuat dengan menggunakan teknologi hidrolisat protein.

Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Budi Sulistyo mengatakan hal tersebut berdasarkan perhitungan awal yang dilakukan bersama produsen susu ikan.

"Kalau dari teman-teman yang kemarin di industri, itu mirip-mirip tipis dan bahkan mereka bercerita menyampaikan satu hitungan itu bisa lebih murah," kata Budi dalam wawancara khusus dengan detikcom, dikutip Kamis (26/9/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengguna teknologi dalam proses produksi bukanlah yang menyebabkan harga susu ikan mahal. Apabila diperbandingkan harganya saat ini, Budi menyebut susu ikan kemasan dibanderol Rp 5.000. Budi menyebut harganya dapat lebih murah lagi seiring dengan meningkatnya kapasitas produksi.

"Cuma saya berpikir ketika nanti produksi, industri ini berkembang, volumenya naik, itu pastinya bisa dapat lebih murah dari sekarang. Tapi kalau dibandingkan keduanya itu harganya mirip-mirip. Bahkan satu susu itu, satu kemasan bisa Rp 5.000," terangnya.

ADVERTISEMENT

Dia pun membeberkan perbedaan antara susu ikan dengan susu sapi. Dari segi gizi, susu ikan mengandung Omega 3, EPA, dan DHA. Kandungan tersebut dapat memicu pertumbuhan sel-sel di otak.

Keunggulan selanjutnya, susu ikan dapat dikonsumsi bagi masyarakat yang penderita penyakit intoleransi laktosa. Sebab, susu ikan tidak mengandung laktosa alias bebas laktosa. Kemudian susu ikan juga mudah diserap tubuh. Hal ini karena adanya proses hidrolisat.

"Pertanyaan lain pastinya baunya amis enggak? Masyarakat itu kan masih melihat kalau ikan itu amis. Pastinya ini menjadi perhatian para peneliti kami, para industri yang mengolah dan semuanya menjadi perhatian khusus. Ini sudah dihilangkan. Jadi, proses untuk bau amis itu sudah dihilangkan sehingga bau amis itu tidak ada," jelasnya.

Meski semakin dikenal masyarakat luas, Budi menilai masih ada tantangan yang harus diatasi. Salah satunya, penerimaan masyarakat untuk susu ikan. Dia pun tidak mempersoalkan terkait pro dan kontra. Semua itu diterima pihaknya untuk dijadikan sebagai masukan.

"Hal yang menjadi satu tantangan itu apakah ini sudah diterima masyarakat. Karena kami berharap masyarakat dengan kondisi semakin mengenal dan menerima bahwa protein ikan itu ada, wujudnya ada ikan segar, ikan olahan, dan HPI. Jadi tidak dipertentangkan kenapa harus diekstrak. Karena ekstrak ini bagian dari untuk mempermudah bagi masyarakat yang yang ada kendala untuk makan ikan atau minum susu sapi," jelasnya.

Dia menyebut program makan bergizi gratis dapat menjadi momentum untuk meningkatkan pemenuhan asupan protein dan tata kelola gizi di masyarakat. Di mana, asupan protein masyarakat Indonesia masih jauh dari target 100 gram per kapita per hari.

"Program makan bergizi gratis ini menjadi satu dorongan momentum yang bagus karena pemerintah, kita semua punya perhatian bagaimana tata kelola gizi masyarakat. Ini adalah satu hal yang saling mendukung, mendorong menuju generasi emas Indonesia," imbuhnya.

(eds/eds)

Hide Ads