Aduh! Ada Fenomena Warga Kelas Bawah RI Makan Tabungan

Aduh! Ada Fenomena Warga Kelas Bawah RI Makan Tabungan

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Jumat, 27 Sep 2024 15:23 WIB
Ilustrasi THR
Ilustrasi/Foto: Muhammad Ridho
Jakarta -

Fenomena makan tabungan atau 'mantab' menjadi satu hal yang tengah melingkupi kelas bawah di Indonesia. Data Mandiri Spending dan Saving Indeks (MSI) menunjukkan, kelompok bawah masih dapat melakukan pengeluaran, tapi nominal tabungannya turun.

Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Andry Asmoro mengatakan, fenomena konsumsi seiring turunnya nominal simpanan disebut fenomena makan tabungan.

"Kelompok bawah spending-nya masih ada, tapi saving-nya turun. Namun membaik karena ada bansos (bantuan sosial) dan perlinsos (perlindungan sosial). Kalau ditanya ada impact-nya, itu keliatan rebound. Jadi untuk belanja mereka harus, yang kita sebut makan tabungan," kata Andry dalam acara Media Gathering di Anyer, Serang, Banten, ditulis Jumat (27/9/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan bahan paparan Andry, indeks tabungan per individu nasabah Bank Mandiri pada kelas bawah di posisi 47,9 pada Juli 2024. Angka ini sedikit mengalami kenaikan setelah sebelumnya terus mengalami penurunan sejak akhir tahun lalu.

Lebih lanjut, indeks tabungan tersebut dikombinasikan dengan indeks tingkat belanja per individu kelas menengah. Pada Juli 2024, tercatat nilainya sebesar 110,6.

ADVERTISEMENT

Kedua angka tersebut membuktikan bahwa fenomena makan tabungan atau 'mantab' masih terus terjadi pada kelompok ini. Walau memang kondisi ini sempat membaik akibat insentif yang diberikan pemerintah.

Sementara untuk kelompok menengah, pengeluaran dan pendapatan mereka relatif stabil sejak awal tahun. Namun, ia memberikan perhatian khusus kepada kelas menengah bawah yang tabungannya menurun, meski pengeluarannya tetap berjalan.

"Siapa yang punya uang dan relatif resilien ya middle upper dan upper, saving indeksnya yang upper," ujar Andry.

Sementara itu, berdasarkan data yang ditampilkan, indeks tingkat belanja per individu kelompok atas pada Juli 2024 sebesar 112,4. Sementara indeks tabungan per individu juga tercatat di angka 106,2 dan relatif stabil.

"Jadi di sisi ini ya ada kemauan untuk belanja (di kelas atas), strategi pengusaha adalah bisa 'diskriminasi harga', memperbesar untuk middle upper dan upper," ucapnya.

Andry menjelaskan, data Mandiri Spending Indeks ini mengkategorikan kelas menengah atau middle class sebagai karyawan dengan pendapatan pasti setiap bulannya. Dengan demikian, ia menekankan kategori kelas yang dipakainya berbeda dengan yang dipakai dengan Badan Pusat Statistik (BPS)

"Middle itu yang memiliki pendapatan pasti jadi kaya saya karyawan, ini beda definisinya dengan lower middle upper di BPS ini dari data nasabah kita," katanya.

(shc/ara)

Hide Ads