Biaya Logistik RI Termahal di ASEAN, Benarkah?

Biaya Logistik RI Termahal di ASEAN, Benarkah?

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Rabu, 02 Okt 2024 14:18 WIB
Group Head Corporate Transformation & Program Management Pelindo, Mona Yudika
Group Head Corporate Transformation & Program Management Pelindo, Mona Yudika (Foto: Achmad Dwi Afriyadi/detikcom)
Jakarta -

Biaya logistik yang mahal masih menjadi pekerjaan rumah Indonesia. Bahkan, biaya logistik Indonesia disebut-sebut termahal di ASEAN.

Merespons hal tersebut, Group Head Corporate Transformation & Program Management Pelindo, Mona Yudika mengatakan, jika bicara mengenai biaya logistik maka harus dibandingkan secara apple to apple. Jika dibandingkan dengan Singapura, kata dia, pelabuhan di sana merupakan pelabuhan transhipment di mana kapal hanya mampir untuk bongkar muat. Barang-barang itu kemudian dipindah ke kapal-kapal kecil.

"Kita bicara misalnya pelabuhan Singapura, pelabuhan di Singapura itu pelabuhan transhipment, artinya apa, mereka mampir, bongkar muat dipindah ke kapal kecil kemudian pergi lagi," katanya dalam acara Penguatan BUMN Menuju Indonesia Emas di Sarinah, Jakarta, Rabu (2/10/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal itu berbeda dengan Indonesia. Dia mengatakan, pelabuhan di Indonesia merupakan pelabuhan gateway. Pelabuhan tersebut melayani bongkar muat di mana barang-barangnya berasal dari industri.

"Kita kan negara kepulauan, kita sebagai eksportir importir. Jadi barang-barangnya itu langsung dikirimkan kepada pengguna barang atau pengirim barang," katanya.

ADVERTISEMENT

Oleh karena itu, dia bilang, untuk membandingkan biaya logistik ini harus hati-hati. "Kalau di Singapura ibarat mampir, kalau kita mau membandingkan dari sisi biaya logistik ini kita harus hati-hati," katanya.

Jelasnya, biaya logistik Indonesia saat ini sebesar 14,29%. Sementara, porsi pelabuhan di antara 1 hingga 2%. Dia mengatakan, pihaknya telah berkontribusi dalam penurunan port stay atau waktu 'parkir' di pelabuhan.

Lebih lanjut, salah satu fokus Pelindo pasca penggabungan atau merger adalah mengintegrasikan pelabuhan dan kawasan industri. Hal itu salah satunya diwujudkan dengan dibangunnya Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) di Gresik, Jawa Timur.

Selain itu, pihaknya juga mengintegrasikan pelabuhan dan kawasan industri dengan pembangunan tol.

"Kita punya jalan tol Cilincing yang koneksikan antara pelabuhan di area Tanjung Priok itu dengan kawasan industri yang ada di area timur kita bicara Bekasi, Karawang, Cikarang dan sebagainya," ungkapnya.

Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Kamdani mengatakan bahwa dunia usaha di Indonesia kini masih penuh tantangan untuk bertumbuh dan berkembang dengan baik. Sebab, pelaku usaha terkendala faktor tingginya biaya yang diperlukan untuk menjalankan bisnis (high cost of doing business).

"Jadi saya selalu masalahnya kalau saya lihat saat ini yang masih konsisten di Indonesia ini adalah high cost economy, hingga saat ini Indonesia masih menjadi negara dengan biaya logistik, biaya supply chain, biaya energi, biaya tenaga kerja, dan biaya pinjaman termahal di antara negara ASEAN," kata Shinta dalam agenda Seminar Nasional Kajian Tengah Tahun INDEF 2024: Presiden Baru, Persoalan Lama di Hotel Le Meridien, Jakarta Pusat, Selasa (25/6) lalu.

(acd/das)

Hide Ads