Pos Indonesia Ogah Ikut-ikutan Free Ongkir, Ini Alasannya

Pos Indonesia Ogah Ikut-ikutan Free Ongkir, Ini Alasannya

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Rabu, 02 Okt 2024 14:52 WIB
Group Head Corporate Transformation & Program Management Pelindo, Mona Yudika
Acara Penguatan BUMN Menuju Indonesia Emas (Foto: Achmad Dwi Afriyadi/detikcom)
Jakarta -

PT Pos Indonesia (Persero) tidak mengikuti langkah perusahaan logistik lain yang menyediakan layanan bebas ongkos kirim (free ongkir) dalam layanan marketplace. Direktur Operasi dan Digital Services Pos Indonesia Hariadi menyebut, layanan free ongkir biasanya dibebankan ke perusahaan logistik atau penjual.

Hariadi mengatakan, meski tidak ikut bermain di layanan free ongkir, dia menyebut kinerja perusahaan di marketplace terus tumbuh.

"So far walaupun tidak mengikuti games seperti itu ya kami tetap tumbuh di marketplace, kami tetap growing dan kami berharap ke depan industri ini akan jauh lebih baik," katanya dalam acara Penguatan BUMN Menuju Indonesia Emas di Sarinah, Jakarta, Rabu (2/10/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita tahu sendirilah gimana startup tidak sustainable nggak jangka panjang, apakah praktik seperti itu bisa dilakukan terus-terusan," imbuhnya.

Dia menjelaskan, volume paket yang dikirimkan Pos Indonesia antara 300 ribu hingga 400 ribu paket per hari. Sementara, ia memperkirakan market share Pos Indonesia di layanan pengiriman barang ini di kisaran 3,5 hingga 4%.

ADVERTISEMENT

Lanjutnya, layanan free ongkir sendiri terbatas. Dia bilang, layanan free ongkir sendiri memiliki risiko terkait keberlanjutan.

"Artinya memang itu pilihan PT Pos untuk bisa memanfaatkan, apakah kita akan masuk ke ekosistem yang seperti itu. Dengan risiko, tadi sustainability. Kita sudah tahu kan beberapa kurir kan juga sudah mulai kolaps kan. Bapak dan Ibu bisa lihat lah di media. Yang dulunya menjadi anchor-nya sebuah ekosistem marketplace, kan tiba-tiba mundur," paparnya.

(acd/das)

Hide Ads