Duh! Duit Warga Kelas Menengah Habis Buat Makan

Duh! Duit Warga Kelas Menengah Habis Buat Makan

Aulia Damayanti - detikFinance
Sabtu, 05 Okt 2024 18:45 WIB
Sebanyak 8,5 juta warga warga kelas menengah Indonesia turun kasta menjadi calon kelas menengah sejak 2018-2023. Angka ini merupakan hasil riset LPEM FEB UI.
Foto: Andhika Prasetia
Jakarta -

Pengeluaran kelas menengah ternyata lebih banyak untuk kebutuhan makanan. Dalam sepuluh tahun terakhir, pengeluaran kelas menengah untuk makanan hampir 50%.

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan penurunan jumlah kelas menengah ini akibat kenaikan biaya hidup yang ditanggung. Salah satu yang naik adalah pengeluaran untuk makanan.

"Menurut saya kan kalau makanan semakin kecil itu akan semakin bagus, karena mereka kan kalau non-makanan berarti semakin sejahtera. Kalau kita makanannya lebih banyak berarti kurang sejahtera, kurang lebih gitu ya," kata dia kepada detikcom, Sabtu (5/10/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menyebut, berdasarkan data BPS, pada 2014, pengeluaran untuk makanan pada kelas menengah sekitar 28,48%. Tahun ini mengalami kenaikan menjadi hampir 50% atau sekitar 41,67%.

"Jadi sudah bergeser, kalau makanan kan beras, kemudian lauk-pauk. Artinya orang cenderung mementingkan makanan, artinya kalau mementingkan makanan dia sudah tidak punya sumber penghasilan yang lain," terang dia.

ADVERTISEMENT

Dihubungi terpisah, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira mengatakan pengeluaran kelas menengah terbanyak adalah untuk makanan dengan komposisi 41,67% dari pengeluaran. Kedua terbesar perumahan 28,5% dan 0,38% hiburan.

Pengeluaran kelas menengah sendiri disebut antara Rp 1,9 juta sampai Rp 9,3 juta per bulan/orang. Sementara kelas menengah bawah Rp 825 ribu sampai Rp 1,9 juta dan kelas rentan miskin Rp 550 ribu sampai Rp 825 ribu per bulan/orang.

Menurunnya jumlah kelas menengah juga diperparah dengan banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK) di berbagai sektor. Itu sebabnya mereka turun kelas akibat tidak memiliki pendapatan lagi.

"Industri manufakturnya kan loyo, banyak PHK. Sementara kelas menengah yang umurnya di atas 35 tahun begitu di PHK, ditampung sementara oleh pekerjaan informal seperti buka warung kelontong, ojol hingga kurir yang pendapatan bulanan tidak pasti," ungkap dia.

Berdasarkan data BPS, dalam sepuluh tahun terakhir dari 2014 sampai 2024, proporsi pengeluaran untuk makanan meningkat cukup signifikan. Untuk kelas menengah sendiri proporsinya tahun ini 41,67%.

Sementara proporsi pengeluaran untuk hiburan menurun menjadi 28,52% pada 2024, dibandingkan 2014 proporsinya 34,36%. Kemudian pengeluaran untuk kendaraan juga turun dari 7,27% pada 2014 menjadi 3,99% pada 2024.

Jika dibandingkan dengan pengeluaran kelas atas, proporsi untuk makanan dan kendaraan hampir setara. Misalnya pengeluaran makanan pada tahun ini hanya 26,24% dan untuk kendaraan 15,29%.

Pengeluaran untuk pakaian itu meningkat cukup signifikan dari 2014 yang tercatat 8,44%, dan tahun ini menjadi 18,54%. Peningkatan lainnya adalah pengeluaran untuk barang/jasa lainnya dari 4,74% pada 2014, menjadi 11,26% pada 2024.

(ada/fdl)

Hide Ads