3 Ekonom Raih Nobel 2024, Jelaskan Mengapa Negara Gagal Kaya

3 Ekonom Raih Nobel 2024, Jelaskan Mengapa Negara Gagal Kaya

Ilyas Fadilah - detikFinance
Selasa, 15 Okt 2024 08:53 WIB
Academy of Sciences permanent secretary Hans Ellegren, Jakob Svensson and Jan Teorell, of the Nobel Assembly at the Swedish Riksbank announces the Swedish Riksbanks prize in economic science in memory of Alfred Nobel 2024, which goes to Daron Acemoglu, Simon Johnson and James A Robinson, during a press meeting at the Royal Swedish Academy of Sciences in Stockholm, Sweden, October 14, 2024.
3 Ekonom Peraih Nobel 2024/Foto: TT News Agency/Christine Olsson via REUTERS
Jakarta -

Sebanyak tiga ekonom yakni Daron Acemoglu, Simon Johnson, dan James Robinson meraih nobel atas kontribusinya di sektor ekonomi. Ketiganya akan berbagi hadiah yang totalnya 11 juta kronor Swedia atau US$ 1 juta, atau sekitar Rp 15,6 miliar (kurs Rp 15.600).

Dikutip dari CNN, Selasa (15/10/2024), ketiganya meneliti bagaimana suatu negara berhasil menjadi kaya, sementara lainnya tetap menjadi negara miskin. Komite Nobel memuji ketiganya karena menjelaskan mengapa masyarakat dengan supremasi hukum yang buruk dan institusi yang mengeksploitasi penduduk tidak menghasilkan pertumbuhan atau perubahan ke arah yang lebih baik.

Ketika orang-orang Eropa menjajah sebagian besar dunia, institusi-institusi di masyarakat tersebut berubah. Meskipun di banyak tempat hal ini bertujuan untuk mengeksploitasi penduduk asli, di tempat lain hal ini menjadi landasan bagi sistem politik dan ekonomi yang inklusif.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Para pemenang telah menunjukkan bahwa salah satu penjelasan atas perbedaan kemakmuran suatu negara adalah institusi kemasyarakatan yang diperkenalkan pada masa penjajahan," sebut komite tersebut.

Negara-negara yang mengembangkan lembaga inklusif, yang menjunjung tinggi supremasi hukum dan hak milik telah lama menjadi makmur. Sementara negara-negara yang mengembangkan lembaga ekstraktif, memeras sumber daya dari masyarakat untuk keuntungan elite masih mengalami pertumbuhan ekonomi yang rendah.

ADVERTISEMENT

Dalam buku mereka berjudul Why Nations Fail yang dirilis pada 2012, Acemoglu, profesor keturunan Turki-Amerika di Institut Teknologi Massachusetts (MIT), dan Robinson, seorang profesor Inggris di Universitas Chicago, berpendapat bahwa beberapa negara lebih kaya daripada negara lain karena institusi politik dan ekonominya.

Buku dibuka dengan perbandingan standar hidup di dua kota bernama Nogales, yang sebelah utaranya merupakan bagian dari Arizona, Amerika Serikat (AS) dan selatannya adalah Sonora, Meksiko.

Keduanya berpendapat bahwa mereka yang tinggal di Nogales, Arizona lebih sehat dan sejahtera karena institusi lokal mereka. Meskipun beberapa ekonom berpendapat perbedaan iklim, pertanian, dan budaya mempunyai dampak besar terhadap kemakmuran suatu tempat,

Tahun lalu, Acemoglu dan Johnson, profesor keturunan Inggris-Amerika di MIT menerbitkan karya 'Power and Progress'. Studi mereka menemukan bagaimana inovasi teknologi selama 1.000 tahun terakhir, mulai dari kemajuan pertanian hingga kecerdasan buatan, cenderung menguntungkan kelompok elite dibandingkan menciptakan kesejahteraan bagi semua orang.

(ily/ara)

Hide Ads