Bak Jatuh Tertimpa Tangga, Asosiasi Sebut Maskapai RI Lagi Bermasalah

Bak Jatuh Tertimpa Tangga, Asosiasi Sebut Maskapai RI Lagi Bermasalah

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Jumat, 18 Okt 2024 15:28 WIB
Pandemi COVID-19 berdampak dahsyat terhadap industri penerbangan. Wabah itu berdampak ke bisnis maskapai penerbangan di seluruh dunia yang terkapar dan kalut.
Foto: Getty Images
Jakarta -

Indonesia National Air Carriers Association (INACA) menyebut industri penerbangan Indonesia saat ini tidak sedang baik-baik saja. Sebab sektor usaha yang satu ini tengah berhadapan dengan banyak tekanan baik dari dalam maupun luar negeri.

Ketua Umum INACA Denon Prawiraatmadja menjelaskan untuk tantangan dari dalam negeri ada persoalan terkait biaya-biaya operasional penerbangan masih tinggi serta adanya pungutan seperti bea masuk dan pajak yang turut membebani maskapai dan penumpang.

Di luar negeri, situasi geopolitik dunia yang mengalami krisis sehingga mempengaruhi banyak hal terkait penerbangan. Misalnya avtur yang tinggi, nilai tukar mata uang yang selalu bergejolak, sulitnya pengadaan pesawat dan spareparts, hingga rute penerbangan yang terganggu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bisnis penerbangan seperti sudah jatuh tertimpa tangga. Karena belum selesai 100% pemulihan akibat terdampak pandemi Covid-19 dari tahun 2020-2022, dan sekarang terdampak krisis geopolitik global," kata Denon dalam keterangan resminya, Jumat (18/10/2024).

Padahal menurut Denon maskapai nasional telah berupaya menambah produksi untuk menambah penghasilan, namun masih juga terkendala biaya yang sangat besar. Belum lagi dengan melemahnya daya beli masyarakat mengakibatkan hasil akhir upaya ini tidak begitu menggembirakan.

ADVERTISEMENT


Untuk menghadapi hal tersebut, ia mengatakan perlu dilakukan kolaborasi yang lebih baik antar berbagai stakeholder penerbangan. Bukan hanya kerja sama antar maskapai, tapi juga dengan otoritas penerbangan, pengelola bandara, penyuplai avtur, jasa groundhandling, MRO, akademisi, media massa hingga dengan penumpang.

"Berbagai problem yang menghantam industri penerbangan menyadarkan kita bahwa jika ingin survive, kita harus melakukan kerjasama, kolaborasi antar semua stakeholder. This is collaboration era, not competition era! Tantangannya terlalu besar untuk kita hadapi sendiri-sendiri," terangnya.

Sejalan dengan itu Denon mengatakan INACA selama ini telah melakukan pendekatan kepada berbagai stakeholder dan berupaya menjadi teman diskusi yang serius dalam upaya pengembangan industri penerbangan nasional.

Semisal menginisiasi penerbitan aturan terkait impor spareparts pesawat hingga penundaan penerapan penggunaan Rupiah untuk transaksi jasa sewa angkutan udara (charter flight) dengan menggunakan kuotasi valuta asing dan pembayaran Rupiah.

INACA juga telah membuat kajian dan mengirim surat kepada Menteri Perhubungan terkait permintaan pemberlakuan bea masuk 0% untuksparepart pesawat.

Simak Video: Di Atas Rata-rata, Kualitas Penerbangan RI Dapat Nilai 88,5% dari ICAO

[Gambas:Video 20detik]



(fdl/fdl)

Hide Ads