Aneh dan Lucu, Hibah Kok Ditolak
Rabu, 11 Apr 2007 11:06 WIB
Jakarta - Perintah Wapres Jusuf Kalla untuk mencoret proyek yang dibiayai melalui hibah asing di bawah US$ 100.000 karena dianggap merendahkan martabat bangsa dinilai aneh dan lucu.Masih banyak hal lain yang merendahkan martabat bangsa ketimbang soal hibah yang nilainya secuil itu.Hal tersebut disampaikan anggota Komisi XI DPR Dradjad Wibowo ketika dihubungi detikFinance, Rabu (11/4/2007)."Pencoretan itu menjadi aneh, agak lucu yah. Yang merendahkan maratabat bangsa itu banyak, misalnya soal kepatuhan Indonesia terhadap AS dalam kasus Blok Cepu, dan resolusi DK PBB soal Iran," ujarnya.Hal lain yang merendahkan martabat bangsa adalah soal perseteruan dengan Malaysia di Blok Ambalat, perjanjian ekstradisi dengan Singapura yang tidak kelar-kelar, lalu lintas udara yang diatur Singapura. Kalau dari sisi ekonomi yang merendahkan itu bagaimana Indonesia setiap tahunnya harus mengemis ke CGI (Consultative Group on Indonesia)."Itu menunjukkan inkonsistensi pemerintah dalam soal martabat, karena masih banyak hal lain yang merendahkan martabat yang permasalahannya besar tapi tidak diutak-atik, sementara yang remeh diurusin," ujarnya.Kalau begini ceritanya, lanjut Dradjad, hampir sama dengan proses penegakan hukum, kasus yang besar dibiarkan begitu saja, namun kasus yang ecek-ecek diurusin pemerintah.Usai rapat soal tata cara pembiayaan luar negeri yang dipimpin Wapres Jusuf Kalla di Istana Wapres, Selasa 10 April 2007, Jusuf Kalla memerintahkan agar pengajuan hibah sejumlah lembaga pemerintah departemen dan nondepartemen kepada lembaga-lembaga dan negara donor dihapus jika nilainya hanya 100.000 dollar AS atau Rp 1 miliar.
(ddn/qom)