Seberapa Realistis RI Swasembada Pangan? Ini Kata Bos Bapanas-Wamentan

Seberapa Realistis RI Swasembada Pangan? Ini Kata Bos Bapanas-Wamentan

Aulia Damayanti - detikFinance
Jumat, 20 Des 2024 18:23 WIB
Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo didampingi Wakil Menteri PU Diana Kusumastuti bertemu dengan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dan jajaran dalam rangka Rapat Koordinasi Optimalisasi Pemanfaatan Bendungan untuk Irigasi Pertanian, Jumat (8/11/2024) di Gedung Kementerian Pertanian, Jakarta. Dalam kesempatan ini, dilakukan juga penandatanganan MoU antara Kementerian PU dan Kementerian Pertanian yang mensepakati kerja sama dalam menyukseskan program swasembada pangan.
Ilustrasi/Foto: Dok Kementerian PUPR
Jakarta -

Pemerintah menargetkan mencapai swasembada pangan empat sampai lima tahun ke depan. Bahkan pemerintah ingin tidak lagi impor beras tahun depan. Apakah realistis?

Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi, menjelaskan, sebenarnya Indonesia telah mencapai swasembada untuk beberapa komoditas pangan, seperti daging ayam dan telur ayam. Bahkan untuk produksi beras tercatat di atas 30 juta ton dan cukup memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat sebesar 30 juta ton.

"Realistis atau tidak, sangat realistis, ini sudah semua unsur-unsur stakeholders di bidang pangan kita harus meningkatkan produksi. Badan Pangan Nasional bersama Bulog menjadi standby buyer terkait petani, petani produksi banyak dibelinya di bawah HPP itu tidak boleh," kata Arief dalam dalam acara CNN Indonesia Business Summit, Jumat (20/12/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Arief meyakini telah banyak yang disiapkan oleh Kementerian Pertanian untuk meningkatkan produksi. Dia juga optimis produksi beras dalam negeri bisa bertambah 2 juta ton.

"Artinya kita punya kelebihan, karena hari ini 30,5 juta ton sudah terpenuhi dan sudah berlangsung lama. Kalau FAO punya rilis 90% kebutuhan diproduksi dalam negeri itu sudah swasembada pangan. Tetapi kan kita mau lebih," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Menteri Pertanian Sudaryono menjelaskan saat ini pemerintah telah menyiapkan berbagai upaya untuk meningkatkan produksi. Pertama dengan intensifikasi, yakni dengan membenahi produksi lahan sawah tadah hujan dan sawah di lahan rawa.

"Lahan tadah hujan diairi, lahan rawa dikurangi airnya. Jadi sawah tadah hujan yang panen sekali, di musim kemarau kita pompa, diairi sawahnya sehingga bisa panen 2 kali,3 kali setahun. Lahan rawa yang ditanami saat musim kemarau," terangnya.

Dengan langkah itu, menurutnya berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), optimalisasi sawah rawa dan sawah tadah hujan telah bertambah lahan panen 1,7 juta hektare (ha). Angka itu bertambah dari lahan yang sudah ada sebelumnya belum optimal sebanyak 7,4 juta ha.

"Kalau lahan panen 1,7 juta ha, beras (produktivitas) 3 ton, maka sudah 5 juta ton. Artinya cadangan bisa dicapai," terangnya.

Langkah kedua, pemerintah juga mulai melakukan ekstensifikasi dengan mencetak sawah. Dengan begitu, produksi tahun-tahun depan dipastikan akan melimpah. Pihaknya juga meyakini swasembada pangan dapat tercapai.

"Karena sudah kelihatan data BPS kepada kami, hasil tanam, luas panen di bulan sekarang, kalau sekarang tanamnya lebih banyak, panennya akan lebih banyak," pungkasnya.

(ada/eds)

Hide Ads