Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) naik menjadi 12% berlaku per 1 Januari 2025. Hal tersebut menuai kekhawatiran para pengusaha ritel, bahkan menjalar ke mitra UMKM.
Direktur Utama PT Sarinah (Persero), Fetty Kwartati mengaku banyak menerima keluhan mitra UMKM yang khawatir kenaikan PPN juga akan menyasar produknya.
"Gimana nanti kalau UMKM juga misalnya kena PPN-nya naik? Itu sudah banyak di sampaikan mitra-mitra UMKM di sini," kata Fetty di Jakarta, Jumat (20/12/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wakil Ketua Umum 1 Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO) itu menuturkan, kenaikan PPN menjadi 12% akan sangat berpengaruh mengingat daya beli pada kuartal IV belum sepenuhnya pulih.
"Penambahan PPN biar bagaimana pun pasti akan pengaruh karena kan saat ini. Terutama di kuartal IV ini kan penjualan kita masih berjuang," ungkapnya.
Di kesempatan yang sama, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja menilai, kondisi tersebut sangat mempengaruhi kinerja perusahaan. Kendati pemerintah menyediakan beragam insentif, waktu yang ditentukan pun relatif singkat.
Alphonzus menilai, insentif yang diberikan pemerintah pada kuartal I-2025 tidak terlalu berdampak. Pasalnya, kuartal I tahun depan masih dalam nuansa perayaan hari-hari besar, seperti tahun baru dan lebaran.
"Sebetulnya, Q1 sebenarnya tidak terlalu khawatir, karena Q1 kan ada tahun baru, ada Imlek, ada Ramadhan, dan IdulFitri. Justru yang harus diantisipasi adalah setelah Idul Fitri," ungkapnya.
Ia menilai, usai hari raya Idul Fitri Indonesia memiliki kecenderungan low season. Dengan beralihnya hari besar tersebut ke kuartal I, Alphonzus menilai low season yang dialami Indonesia akan menjadi sangat panjang.
"Tren di Indonesia selalu begitu, industri ritel setelah Idul Fitri pasti dia masuk ke low season. Tahun ini low season-nya dalam, tahun depan low season panjang. Jangan sampai panjang dan dalam," tutupnya.
(ara/ara)