Jerit Petambak Garam Keluhkan Harga dan Irigasi Air

Andi Hidayat - detikFinance
Kamis, 26 Des 2024 22:00 WIB
Menteri KP berbincang dengan petani garam - Foto: detikcom/Andi Hidayat
Jakarta -

Koperasi Garam Inti Rakyat asal Indramayu, mengeluhkan harga jual garam petani yang tergolong rendah. Adapun harga garam saat ini ada di kisaran Rp975 per kg (K1), Rp850 per kg (K2), dan Rp750 per kg (K3).

Ketua Koperasi Garam Inti Rakyat Amin Muhaemin, mengakui mengeluhkan hal tersebut saat dikunjungi Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, di Gudang Garam Nasional (GGN) Krangkeng, Indramayu, Jawa Barat.

"Kalau keluh kesah dari petambak garam itu satu, harga," kata Amin seusai berdialog dengan Trenggono di GGN, Indramayu, Jawa Barat, Kamis (26/12/2024).

Ia mengungkap, hal itu yang membuat petani garam memilih untuk memproduksi garam konsumsi ketimbang industri. Pasalnya, jangka waktu pemanenan garam industri terlampau lebih lama ketimbang garam konsumsi. Pada saat yang sama, kebutuhan rumah tangga para petani perlu segera dipenuhi.

"Sementara ini kendalanya kalau kita mengikuti garam industri, kita panen itu bisa sampai 15-20 hari. Sedangkan uang sudah ditunggu sama keluarga untuk makan," ungkapnya.

Sementara untuk garam konsumsi, hanya butuh 5 hingga 7 hari untuk memasuki masa panen. Kebutuhan perut petani ini yang menyebabkan produksi garam industri terlampau kecil. Hal itu juga sejalan dengan kegiatan impor yang dilakukan pemerintah khusus garam industri.

"Makanya itu ada impor. Caranya (untuk memacu produksi garam industri) itu harus sadar. Artinya masyarakat petani itu mengikuti zaman lah, kemajuan. Kita sudah dituntut meningkatkan kualitas," jelasnya.

Masalah kedua, tutur Amin, masalah di irigasi air. Ia menuturkan, pada musim kemarau banyak muara yang tersumbat. Akibatnya, banyak petani yang gagal panen.

"Kadang kita nggak panen seminggu untuk mengakali supaya air bisa masuk," ungkapnya.

Amin berharap, pemerintah bisa segera melakukan normalisasi irigasi air di sekitar tambak. Selain itu, ia juga berharap pemerintah dapat memberi alat pomanisasi untuk meningkatkan produksi garam.

Lebih jauh, Amin juga berharap pemerintah bisa memberi geomembran yang saat ini para petani garam menggunakan ukuran 50 mikron untuk kualitas K2. Dengan menggunakan geomembran setipis itu, kata Amin, lahan hanya mampu dilakukan dua kali.

"Jadi kita panen itu 2 sampai 3 kali sudah ada kebocoran, karena saking tipisnya. Akhirnya itu kan kualitas berubah menjadi KW2 dan KW3. Sementara yang 250 mikron sampai 300 itu kekuatannya sampai 5 sampai 6 tahun. Dan kualitasnya itu stabil KW1," tutupnya.

Simak juga Video 'Petani Garam di Probolinggo Gagal Panen Akibat Cuaca Ekstrem':






(kil/kil)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork