Produksi beras akhir tahun ini disebut akan lebih tinggi dibandingkan produksi periode yang sama pada 2023. Kementerian Pertanian (Kementan) mengatakan hal itu berdasarkan angka proyeksi produksi Gabah Kering Giling (GKG) pada akhir tahun ini.
Dalam data yang dilaporkan Staf Ahli Menteri Bidang Investasi Pertanian Suwandi, produksi GKG pada bulan ini akan mencapai 373.230 ton. Sementara produksi GKG tahun lalu 352.188 ton. Artinya ada selisih 21.042 ton.
"Kondisi Desember 2024 dibanding 2023 ini lebih tinggi, tetapi tipis. Januari dan Februari naiknya akan lebih tinggi dibandingkan yang sebelumnya," kata dia dalam rapat koordinasi Inflasi dikutip dari YouTube Kemendagri, Senin (30/12/2024).
Sementara sepanjang 2024 berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras diproyeksi 30,41 juta ton. Angka itu lebih rendah 510 ribu ton dibandingkan kebutuhan konsumsi setahun 30,91 juta ton.
Baca juga: Harga Gabah Naik, Zulhas Lapor ke Prabowo |
Suwandi mengakui memang ada produksi yang rendah pada 2024 yakni pada Januari dan Februari. Kondisi itu akibat lanjutan dampak dari El Nino yang terjadi pada akhir 2023.
"Produksi Januari, Februari, Maret 2024 itu dampak El Nino jadi tanaman di November-Desember 2023 itu kering. Produksi merah semua, tekornya banyak," ungkap dia.
Dalam KSA BPS, produksi Januari tahun ini memang hanya 800 ribu ton, Februari 1,39 juta ton dan Maret 3,43 juta ton. Untuk Januari-Februari tercatat produksi lebih rendah dari kebutuhan bulanan mencapai 2,56 juta ton.
Namun, Suwandi meyakini produksi akhir tahun ini mencukupi untuk menghadapi tahun baru. Lebih lanjut produksi beras awal 2025, diyakini akan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada 2024.
"Data BPS untuk Januari tahun depan panen lebih tinggi 30%-40% termasuk Februari. Bahkan Maret-April puncak raya, itu perlu diantisipasi karena panen bisa jadi di tengah hujan dan banjir di beberapa daerah" terangnya.
Simak juga Video 'Brand Fashion Lokal Bantu Petani Wanita Tingkatkan Pendapatan hingga 200%':
(kil/kil)