Susu di Makan Bergizi Gratis Tak Setiap Hari, Tergantung Ketersediaan

Susu di Makan Bergizi Gratis Tak Setiap Hari, Tergantung Ketersediaan

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Senin, 06 Jan 2025 16:31 WIB
Kepala Presidential Communication Office (PCO) Hasan Nasbi
Foto: Kepala Presidential Communication Office (PCO) Hasan Nasbi (Eva/detikcom)
Jakarta -

Istana buka suara soal tidak adanya susu dalam menu Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dimulai hari ini. Kepala Kantor Komunikasi Presiden (Presidential Communication Office/PCO) Hasan Nasbi menjelaskan sejauh ini kehadiran susu memang tidak diwajibkan setiap hari, tergantung ketersediaan di setiap daerah.

Di beberapa daerah, Hasan mengatakan, ada Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang menyediakan susu seminggu sekali. Jadwalnya berbeda-beda, ada yang hari Senin ataupun hari Jumat.

"Susu kan tidak diwajibkan setiap hari, jadi itu tergantung (ketersediaan) daerahnya, tapi minimal kalau berdasarkan yang saya tanya tadi ke Kepala SPPG, mereka itu sekali seminggu susunya. Kalau SPPG yang saya kunjungi tadi dia bilang susu itu per hari Jumat, tapi yang di Cimahi yang kita kunjungi susunya di hari Senin," beber Hasan kepada wartawan, Senin (6/1/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, Hasan juga mengatakan di beberapa daerah yang memiliki ketersediaan susu cukup banyak, pemberian susu dalam menu MBG bisa dimungkinkan lebih dari sehari dalam satu minggu.

"Bisa juga kan ada yang lebih. Saya dengar ada SPPG itu yang 2 kali atau 3 kali seminggu dia (pemberian susunya). Yang di Bandung itu mereka bisa ada yang lebih dari sekali itu. Karena di dekat situ ada peternakan kayaknya ya atau ada pabrik ya," sebut Hasan.

ADVERTISEMENT

Hasan mengakui suplai susu memang belum merata di seluruh daerah. Maka dari itu, sampai saat ini susu belum menjadi menu wajib dalam MBG.

"Jadi memang tidak wajib, susu itu bukan menu wajib, karena suplai susu kan belum merata di setiap daerah," kata Hasan.

Yang jelas, Hasan bilang, setiap SPPG diminta untuk menyediakan menu sesuai dengan kecukupan kalori, karbohidrat, serta protein. Menunya disesuaikan dengan fleksibilitas ketersediaan bahan baku di masing-masing wilayah.

Sebagai contoh, dari takaran kalorinya saja, untuk menu anak SMP-SMA diberikan makanan 600 kalori. Sementara untuk anak PAUD hingga SD diberikan makanan 300 kalori.

"Kalau secara kalori takarannya yang anak SMP-SMA itu dikasihnya 600 kalori. Jadi nasinya itu mungkin 75 atau 80 gram lah kalau nasinya. Kalau karbonya itu 75-80 gram lah. Kalori mereka 600. Kalau anak PAUD dan kelas 1, kelas 2, kelas 3 SD mungkin sekitar 300 kalori saja mereka," jelas Hasan.

Sementara itu, Kepala Badan Gizi (BGN) Dadan Hindayana mengatakan kehadiran susu di tiap daerah memang tidak diwajibkan harus ada. Namun, susu bisa digantikan kandungannya dengan kombinasi bahan-bahan lain. Nah bagi daerah yang memiliki pasokan susu besar, maka bisa dimaksimalkan pemberiannya kepada penerima MBG.

"Kami akan melakukan kombinasi-kombinasi, sehingga susu minimal di daerah-daerah yang ada sapinya itu minimal 3 kali dalam seminggu diberikan. Kemudian untuk daerah-daerah yang tidak ada sapi perahnya untuk sementara proteinnya bisa digantikan dengan protein lainnya misalnya dengan ikan, dengan telur dan lain-lain," kata Dadan usai rapat dengan Komisi IX DPR.

(hal/ara)

Hide Ads