Sebuah tambang batu giok di negara bagian Kachin, Myanmar Utara, runtuh dan menimbun kawasan perumahan di sekitarnya. Hingga saat ini setidaknya 32 korban tewas akibat insiden tersebut.
"Sebanyak 31 jenazah telah ditemukan setelah tiga hari upaya pencarian, dan satu orang yang terluka pada hari pertama kecelakaan telah meninggal di rumah sakit," kata pejabat yang bertugas kepada media Xinhua, dikutip Jumat (17/1/2025).
"Saat ini lumpur di sekitar rumah yang tertimbun sedang dibersihkan, dan jalan yang tertutup oleh tanah longsor kini telah dibuka kembali. Meskipun beberapa orang masih dinyatakan hilang, operasi pencarian telah ditangguhkan," tambah pejabat itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, dalam laporan ABC News disampaikan kecelakaan runtuhnya tambang giok itu terjadi pada Senin (13/1) dini hari waktu setempat di kota Hpakant di negara bagian Kachin. Ini merupakan wilayah pegunungan terpencil di pusat industri pertambangan batu giok yang berada sekitar 950 kilometer di utara kota terbesar Myanmar, Yangon.
Menurut penduduk sekitar, tim penyelamat, dan media independen diperkirakan sekitar 50 rumah di sekitar area tambang terkubur atau rusak oleh air berlumpur yang merembes dari kolam pembuangan puing dan limbah pertambangan. Mengakibatkan sekitar 30-50 orang diperkirakan hilang tertimbun.
Masalahnya, tanah longsor akibat keruntuhan tambang ini sudah terjadi beberapa kali dalam setahun di sekitar tambang batu giok Hpakant. Paling parah insiden serupa juga terjadi Juli 2020 lalu di lokasi yang sama dan mengakibatkan 162 orang tewas. Lalu ada juga insiden lain pada November 2015 yang menewaskan 113 korban.
Sebagian besar korban adalah penambang independen yang tinggal di dekat gundukan tanah buangan yang digali dengan mesin berat yang digunakan oleh perusahaan pertambangan. Mereka biasanya bekerja mengais-ngais potongan batu giok yang tersisa dan tinggal di lubang tambang yang ditinggalkan di area dasar gundukan, yang menjadi sangat tidak stabil selama musim hujan.
Sebagian besar pemulung tambang ini adalah migran tidak terdaftar dari daerah lain, sehingga sulit untuk menentukan berapa banyak orang yang hilang setelah kecelakaan. Selain itu penyelundupan dan penjualan ilegal membuat sulit untuk mengetahui seberapa besar industri pertambangan giok di Kawasan itu.
Namun pendapatan dari penjualan giok, mutiara, dan batu permata dari daerah tersebut diperkirakan mencapai miliaran dolar. Karena hal ini jugalah meski sudah terjadi banyak insiden longsor di area tersebut, banyak orang melakukan aktivitas pertambangan giok di sana baik yang secara legal maupun ilegal.
"Tambang tersebut juga merupakan sumber pendapatan utama bagi Tentara Kemerdekaan Kachin, kelompok etnis bersenjata yang berbasis di negara bagian Kachin yang telah berjuang selama beberapa dekade melawan pemerintah pusat untuk mendapatkan otonomi yang lebih besar," tulis ABC dalam Laporannya.
(fdl/fdl)