Imbas krisis politik yang melemahkan permintaan domestik, perekonomian Korea Selatan (Korsel) nyaris tidak bertumbuh di kuartal keempat 2024. Ekonomi Korsel semakin terancam dengan meningkatnya risiko eksternal imbas dilantiknya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS).
Pada bulan Desember lalu, sentimen konsumen dan bisnis menurun di tengah kekacauan politik, setelah Presiden Yoon Suk Yeol dimakzulkan dan diskors dari tugasnya atas upayanya untuk memberlakukan darurat militer, diikuti dengan pemakzulan Perdana Menteri Han Duck-soo.
Dikutip dari Reuters, produk domestik bruto (PDB) Korsel hanya tumbuh 0,1% dari kuartal sebelumnya berdasarkan penyesuaian musiman, menurut estimasi lanjutan Bank Sentral Korea (BOK) pada hari Kamis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Angka tersebut lebih lemah dibanding survei Reuters yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi negara tersebut sebesar 0,2%. Sementara itu, Bank sentral Korsel juga sebelumnya memproyeksikan pertumbuhan sebesar 0,5% seminggu sebelum dekrit darurat militer Yoon pada 3 Desember.
Ekonomi terbesar keempat di Asia ini telah berjuang sepanjang tahun 2024, setelah nyaris terhindar dari resesi teknis pada kuartal ketiga ketika tumbuh 0,1% menyusul kontraksi 0,2% pada kuartal kedua. BOK dan para ekonom memperkirakan krisis politik akan tetap menjadi penghambat pertumbuhan di tahun 2025.
"Sentimen ekonomi melemah secara signifikan akibat ketidakpastian politik, yang akan terus memengaruhi ekonomi sebagai faktor risiko pada kuartal pertama dan sepanjang tahun," kata salah seorang pejabat Bank Korea dikutip dari Reuters, Kamis (22/1/2025).
Ekonom Capital Economics, Shivaan Tandon menduga bahwa pelemahan aktivitas dapat berlanjut dalam jangka pendek akibat krisis politik yang sedang berlangsung dan prospek suram bagi sektor konstruksi.
Pada tahun 2024, ekonomi Korsel tumbuh 2,0%, setelah tumbuh 1,4% tahun sebelumnya. Namun begitu, pertumbuhan diproyeksikan melambat pada tahun 2025 menjadi 1,6% hingga 1,7%, di bawah potensi perkiraan sekitar 2%, menurut BOK. Pada kuartal Oktober-Desember, PDB tumbuh 1,2% secara tahunan, laju paling lambat sejak kuartal kedua 2023.
Selama kuartal tersebut, belanja konsumen naik 0,2% dan investasi perusahaan tumbuh 1,6%, lebih lemah dari kenaikan kuartal sebelumnya masing-masing sebesar 0,5% dan 6,5%, sementara investasi konstruksi turun 3,2%.
Sementara kinerja ekspor naik 0,3%, mengalami pemulihan moderat setelah penurunan 0,2% pada kuartal sebelumnya, dipimpin oleh penjualan semikonduktor karena permintaan yang kuat di sektor teknologi AI kendati ada kekhawatiran ancaman tarif dari Donald Trump terhadap mitra dagang utamanya dapat memengaruhi pengiriman Korsel.
"Hasil PDB kuartal keempat yang di bawah standar mengkhawatirkan, dan negara perlu menemukan cara untuk memperkuat ekonomi domestik dan bernegosiasi dengan Amerika Serikat untuk membatasi dampak kenaikan tarif," kata Ekonom Asosiasi Moody's Analytics, Danny Kim.
Tonton juga Video: Pengaruh Pelantikan Donald Trump Terhadap Sentimen Pasar