RI Darurat Truk Obesitas, Menhub Diminta Turun Tangan!

RI Darurat Truk Obesitas, Menhub Diminta Turun Tangan!

Amanda Christabel - detikFinance
Kamis, 23 Jan 2025 18:15 WIB
Truk obesitas alias truk over dimension over load (ODOL) bakal dilarang wira-wiri di jalan. Penerapan kebijakan Zero ODOL 2023 dipastikan bakal dilaksanakan.
Foto: Andhika Prasetia
Jakarta -

Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) mengungkapkan fakta di beberapa tahun terakhir kondisi keselamatan angkutan darat sangat mengkhawatirkan. Salah satunya lantaran dipicu oleh kendaraan Over Dimension Over Loading (ODOL) yang terus lalu lalang di ruas jalan, dan membahayakan pengguna jalan yang lain.

Dewan Penasehat MTI, Agus Pambagio, menilai analisis dari aparat kepolisian atas terjadinya kecelakaan selama ini selalu sama, yakni menjurus pada kesalahan supir yang mengantuk, atau di bawah pengaruh alkohol, dan sebagainya.

"Nanti dari Pekerjaan Umum (PU), oh soal gradien jalan, dan sebagainya. Itu saja yang diperhatikan. Tetapi tidak ada upaya untuk mengurangi, karena kejadiannya berulang dengan penyebab yang sama," terang Agus dalam konferensi pers MTI di Jakarta, Kamis (23/1/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Agus bilang, penyebab terjadinya kecelakaan di ruas jala tol bukan semata karena supir yang mengantuk. Melainkan juga imbas kecelakaan tabrak dari belakang karena adanya truk ODOL.

Agus menambahkan, kecelakaan di jalan tol juga selalu terkait dengan kecepatan tinggi, maka terjadilah kecelakaan beruntun. Persoalan yang sama juga terjadi pada bus pariwisata, yang hingga kini Agus bilang juga tidak pernah diselesaikan dengan cermat oleh pemerintah. Ia bilang, tidak ada pihak yang solutif mengurus permasalahan kecelakaan yang disebabkan ODOL.

ADVERTISEMENT

"Persoalannya (bus pariwisata) biasanya supirnya tidak cukup istirahat, tidur di bawah kolong tempat bagasi itu. Kemudian, bus pariwisata itu tidak punya rute, jadi hari ini misalnya baru sampai jam 7 malam, jam 9 sudah harus berangkat lagi. Belum lagi kondisi bus dan truk yang tidak pernah dikontrol. Semua ini tidak ada yang mengurus," beber Agus.

Tahun-tahun lalu misalnya, di Kementerian Perhubungan (Kemenhub) terdapat Direktur Keselamatan yang sudah tidak nampak lagi di masa pemerintahan berjalan saat ini. Ia membeberkan, sejak tiadanya Direktur Keselamatan ini, angka kecelakaan meningkat signifikan.

"Di Kemenhub, dulu ada Direktur Keselamatan. Sekitar tahun 2020 itu hilang, padahal itulah jantung dari angkutan umum. Semenjak itu kecelakaan tinggi sekali. Ini baru kecelakaan di darat, belum kecelakaan lain, selain darat itu laut. Terutama di selat penyeberangan contohnya di Labuan Bajo dan sebagainya, itu juga tidak selesai," tambahnya.

Maka dari itu, Agus dan pihaknya berharap Menteri Perhubungan (Menhub) Dudy Purwagandhi bisa segera menentukan solusi dari ODOL yang tidak kunjung menemukan titik terang. Hal ini dirasa Agus punya urgensi tinggi, lantaran transportasi menjadi sektor yang rawan, dan apabila bermasalah maka akan berimbas buruk bagi publik.

"Ini sektor yang sangat rawan dan selalu membuat publik susah. Ini (Kemenhub) harus buat statement apa tindak lanjutnya, mau ke mana, kapan, seperti itu ya." ujar Agus.

Bahkan, Agus dengan tegas memohon kepada Menhub untuk segera melakukan sesuatu yang dapat mengurangi angka kecelakaan akibat ODOL. Hal ini supaya angka kecelakaan yang bahkan sampai menelan korban jiwa.

"Kita memohon kepada Kementerian Perhubungan, do something, yang bisa mengurangi kecelakaan sehingga fatality dari masyarakat berkurang. Kita ini masyarakat menunggu akan apa yang dilakukan untuk mengurangi, tidak mencegah. Mencegah masih jauh lah," tandasnya.

(eds/eds)

Hide Ads