Airlangga Pamer RI Jadi Negara Terbesar ke-8 di Dunia

Airlangga Pamer RI Jadi Negara Terbesar ke-8 di Dunia

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Selasa, 18 Feb 2025 12:38 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto - Foto: Kemenko Perekonomian
Jakarta -

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memamerkan pencapaian Indonesia sebagai negara ekonomi terbesar ke-8 di dunia. Hal ini berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) yang disesuaikan dengan paritas daya beli (Purchasing Power Parity/PPP) pada 2024.

Airlangga mengatakan, berdasarkan data Dana Moneter Indonesia (International Monetary Fund/IMF) tersebut ekonomi Indonesia menduduki posisi ke-8 di dunia, dengan PDB sekitar US$ 4,7 triliun.

"Jadi saat ini, Indonesia berada di urutan delapan di dunia. Itulah sebabnya Indonesia memasuki aksesi OECD," kata Airlangga, dalam sambutannya di acara Indonesia Economic Summit by IBC di Shangri-La Hotel Jakarta, Selasa (18/2/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Airlangga mengatakan, Indonesia berhasil mengendalikan inflasi di posisi 1,57% tahun lalu, dan pada bulan ini di angka 0,76%. Hal ini didorong oleh kebijakan diskon 50% untuk listrik di bawah 2200 VA selama dua bulan.

Pengaturan harga tersebut membantu Indonesia mempertahankan posisi sebagai salah satu negara dengan inflasi terendah di dunia. Selain itu, Indonesia juga menjadi salah satu negara dengan potensi resesi terendah.

ADVERTISEMENT

"Indonesia adalah bagian penting dari belahan bumi selatan. Dan penting juga bagi OECD untuk memasukkan Indonesia agar OECD lebih inklusif," ujarnya.

Indonesia menjadi negara yang tangguh, dengan pertumbuhan di atas 5% dan inflasi yang terkendali. Airlangga menambahkan, Indonesia juga mencatatkan tingkat kemiskinan kurang dari 10%, yakni 8,57%.

Lalu tingkat pengangguran di 4,91%, serta Purchasing Managers Index (PMI) 51,9%. Kemudian Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) RI di atas 127,2, serta Indeks Penjualan Riil di atas nol.

"Jadi saya kira neraca ekonomi kita tetap positif. Neraca perdagangan kita positif selama 57 bulan berturut-turut dan surplus kita US$ 31 miliar, didorong oleh pertumbuhan ekspor," kata dia.

Airlangga mengatakan, komoditas ekspor utama seperti nikel juga tumbuh 17,3%, logam mulia 18,3%, serta alas kaki dan pakaian jadi 10%. Menurutnya, angka tersebut menunjukan bahwa industri tekstil dan hilirnya masih dalam permintaan tinggi.

"Meskipun beberapa industri tidak dalam kondisi baik. Namun secara global permintaan tekstil dan hilirnya masih sangat tinggi," ujar Airlangga.

(kil/kil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads