Trump Batasi Impor Chip AS, RI Kena Dampaknya

Trump Batasi Impor Chip AS, RI Kena Dampaknya

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Selasa, 18 Feb 2025 12:11 WIB
Airlangga Hartarto
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto - Foto: dok. Kemenko Perekonomian
Jakarta -

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melakukan pembatasan terhadap aktivitas impor produk semikonduktor atau chip. Hal ini membuat sejumlah negara tidak dapat lagi melakukan ekspor ke negara adidaya tersebut.

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, di masa pemerintahan Joe Biden, Indonesia masuk ke dalam 7 negara yang diperbolehkan untuk memproduksi dan menyalurkan produk semikonduktor ke AS.

"Namun di bawah Trump, mereka membatasi bahwa negara yang boleh memproduksi semikonduktor di bawah tujuh nano, hanya negara terbatas, yaitu negara sekutu AS. 100% menjadi mitra AS," kata Airlangga, dalam sambutannya di acara Indonesia Economic Summit by IBC di Shangri-La Hotel Jakarta, Selasa (18/2/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Airlangga, saat ini produk semikonduktor atau chip memiliki fungsi ganda. Fungsi pertama untuk perdamaian, yang kedua untuk tujuan perang.

"Sekarang semikonduktor memiliki fungsi ganda. Pertama untuk perdamaian, yang kedua untuk tujuan perang. Itulah sebabnya ada pembatasan ekspor semikonduktor, bahkan untuk Indonesia," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Pembatasan komoditas dan industri strategis menjadi salah satu pendorong dari kondisi ketidakpastian global dalam beberapa waktu ke depan. Ekonomi dunia diproyeksikan tumbuh antara 2,7% hingga 3,3%, di bawah era COVID-19.

Airlangga mengatakan, terjadi ketidakpastian kebijakan geopolitik serta ketegangan di Eropa karena hubungannya dengan AS. Disusul dengan ketegangan antara China dengan AS, serta ketidakpastian di Taiwan.

"Kemudian ada juga inflasi yang tinggi di AS. Dan di bawah Trump, dia ingin memompa lebih banyak minyak. Targetnya adalah untuk menurunkan harga minyak. Di sisi lain, tentu saja, The Fed tetap menaikkan suku bunga lebih lama. Kemudian kita melihat perubahan iklim adalah masalah lainnya,' kata dia.

Menurut Airlangga, jika melihat pertumbuhan ekonomi RI di atas 5% dibandingkan dengan pertumbuhan negara lain, Indonesia terbilang berada di posisi atas. Adapun pertumbuhan AS berada di sekitar 2,1%, Eropa hanya 1,4%, China 4,5%, Brasil 2,2%, dan ASEAN 4,5%.

"Jika kita melihat ekonomi Indonesia tumbuh di atas 5%, saya kira bersama dengan negara ASEAN lainnya, Vietnam, China, dan Filipina, yang tumbuh di atas 5%, negara lainnya kurang dari 5%. Lalu Indonesia, PDB ekonomi kita sekitar US$ 4,7 triliun. Jadi saat ini, Indonesia berada di urutan delapan di dunia," ujar Airlangga.

Simak juga Video 'Trump Sebut India Sepakat Beli Lebih Banyak Minyak dan Gas dari AS':

(kil/kil)

Hide Ads