Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Setia Diarta buka-bukaan soal nasib karyawan PT Sanken Indonesia yang akan tutup Juni mendatang. Sebelumnya dikabarkan 459 karyawan Sanken Indonesia kena PHK imbas tutupnya pabrik tersebut.
Menurut Setia, penyelesaian masalah kepegawaian di Sanken Indonesia berjalan lancar sesuai regulasi yang berlaku. Perusahaan asal Jepang itu juga membekali karyawan-karyawannya dengan program pengembangan skill.
"Nah, lalu pertanyaan berikutnya bagaimana transisi dengan masalah kepegawaian? Seperti kami sampaikan tempoh hari mereka sepertinya smooth dan sesuai SOP, di mana kalau kita lihat mereka sudah membekali ini karyawan-karyawan mereka," katanya di Kantor Kemenperin, Jakarta Selatan, Jumat (21/2/2025).
Setia juga membantah perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap imbas tutupnya pabrik. Menurutnya yang dilakukan oleh perusahaan adalah golden shake hand atau program pensiun dini untuk karyawan untuk berhenti dari pekerjaan secara sukarela.
"In total mungkin ada sekitar 450-an pegawainya yang tercatat itu. Dan mereka mempersiapkan. Ada banyak yang dipersiapkan dengan mereka mengenai upah untuk pensiun, bukan PHK ya. PHK kan sepihak nih kalau bacanya. Tapi kalau pensiun ya ini memang golden shake hand," jelas Setia.
"Ini sesuai lah dengan ketentuan peraturan, artinya mereka tidak sepihak. Kemudian yang kedua mereka juga memberikan bekalan kepada para pekerja yang tertarik untuk mengembangkan jiwa wirausaha. Jadi mereka membekali dengan kewirausahaan, mungkin kasih skill tertentu," tambah dia.
Tak hanya itu, Sanken Indonesia juga menawarkan ke perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) untuk menyerap tenaga kerja mereka. Setia lalu membantah tutupnya Sanken berkaitan dengan iklim usaha di Indonesia. Ia menegaskan keputusan itu lebih pada kebijakan manajemen induk perusahaan yang berlokasi di Jepang.
"Dan yang ketiga adalah mereka juga menawarkan ke PMA-PMA Jepang yang ada di sekitar mereka, untuk menyerap tenaga kerja mereka. Ini tiga hal ini mereka lakukan. Jadi sebenarnya yang perlu kami tekankan, penghentian lini produksi Sanken Indonesia ini bukan karena iklim usaha di Indonesia," tutupnya.
(ily/rrd)