10 Pabrik Keramik Jabar Stop Produksi

10 Pabrik Keramik Jabar Stop Produksi

- detikFinance
Jumat, 11 Mei 2007 19:19 WIB
Jakarta - Akibat terhentinya pasokan gas dari PT. Perusahan Gas Negara Tbk (PGN) secara mendadak, sepuluh perusahaan keramik di Jawa barat terpaksa menghentikan produksinya. Hal ini dikatakan oleh Ketua Umum Asosiasi Industri Keramik Indonesia (Asaki) Achmad Widjaya, di Departemen perindustrian, Jl. Gatot Subroto, Jakarta, Jumat (11/5/2007)."Penghentian pasokan tersebut terjadi sejak Kamis (10 Mei 2007) jam 09.00 hingga 16.00 WIB dan berlangsung hingga hari ini, karena itu, seluruh produsen keramik di kawasan Bitung, Tangerang, Banten, dan Balaraja terancam bangkrut," ujarnya.Para pengusaha menilai bahwa penghentian pasokan gas tersebut merupakan langkah sepihak sehingga membuat kalangan produsen keramik menanggung kerugian Rp 10 miliar per hari."Kalau gasnya dalam waktu 1-2 hari ini tidak mengalir lancar dengan kualitas minimum 1,2 bar, maka pada tanggal 18 Mei produsen keramik sudah tidak layak lagi beroperasi, saat ini yang diterima produsen hanya 0,1 bar hingga 0,2 bar, mendingan tutup dan jadi pedagang saja," kata Achmad.Achmad menjelaskan bahwa sekitar 10 perusahaan keramik tableware raksasa seperti Roman Ceramics, Toto (PMA asal Amerika Serikat), Arwana, hingga Doulton Indonesia, dan perusahaan keramik ubin dinding dan lantai diantaranya Luki Ceramic dan Kopin menghentikan produksinya sejak Kamis."Komitmen gas perusahaan keramik kan datangnya dari PGN, sementara PGN terikat kontrak dengan PT Pertamina," jelas Achmad.Menurutnya pihak Pertamina meminta PGN untuk memasok gas sebesar 25 MMscfd (million metric square cubic feet per day) yang diambil dari komitmen kontrak Pertamina-PGN sebesar 80 MMscfd."Gas PGN disunat sama Pertamina sehingga pasokan gas PGN saat ini tinggal 55 MMscfd. Padahal awal bulan lalu tidak seperti ini," ujar Achmad.Achmad memperkirakan kerugian yang diderita industri keramik akibat terhentinya pasokan gas PGN diperkirakan mencapai hingga Rp 10 miliar dan berpotensi merumahkan sekitar 20.000 karyawan."Bukan hanya industri keramik yang terkena dampak penyetopan pasokan gas, tapi industri penunjangnya karton, pengemasan, dan jasa logistik juga ikut tidak beroperasi, di sini ada sekitar 4 ribu pekerja," papar dia.Menanggapi hal tersebut, Menteri Perindustrian Fahmi Idris menegaskan PGN berada dalam posisi sulit karena pada dasarnya PGN tidak berniat untuk menghentikan pasokan gas ke industri keramik, namun di satu sisi perseroan memiliki pasokan gas yang terbatas sehingga tidak ada pihak yang bisa dipersalahkan."Mereka mendapat suplay gasnya terbatas juga dari pertamina, keterbatasan suplai gas mengakibatkan PGN maupun Pertamina membagi-bagi dan membuat giliran," kata Fahmi. (arn/hdi)

Hide Ads