136 Ribu Ha Sawah Sudah Beralih Fungsi, RI Bisa Swasembada Pangan?

136 Ribu Ha Sawah Sudah Beralih Fungsi, RI Bisa Swasembada Pangan?

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Kamis, 20 Mar 2025 06:30 WIB
Sawah di Garut terkena limbah pabrik
Ilustrasi.Foto: Hakim Ghani
Jakarta -

Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan membeberkan lahan-lahan sawah menyusut dalam 20 tahun terakhir. Menurut pria yang biasa disapa Zulhas ini, 136 ribu hektare (ha) lahan sawah telah beralih fungsi.

Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi realisasi target swasembada pangan. Sebab, jumlah penduduk dan kebutuhan beras meningkat, namun lahan sawah justru berkurang.

"Alih fungsi lahan, kemarin Pak Nusron (Menteri ATR/BPN) menyampaikan 2 tahun 2021-2022 kalau nggak salah itu 136 ribu hektare sawah yang berubah alih fungsi," terang Zulhas dalam acara Food Summit 2025 di St Regis, Jakarta, Rabu (19/3/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Zulhas pun mencontohkan alih fungsi lahan dalam hal pembangunan kawasan-kawasan industri. Menurutnya, kebanyakan dari kawasan tersebut dibangun di atas lahan yang dulunya sawah.

Atas kondisi tersebut, menurutnya ada dua pendekatan yang disiapkan pemerintah untuk bisa memastikan ketahanan pangan, khususnya dalam pemenuhan beras. Pertama, membangun lahan-lahan sawah baru.

ADVERTISEMENT

"Oleh karena itu memang tidak ada pilihan, harus membangun baru. Bangun baru nggak mudah. Kalimantan memang luas, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, tapi juga airnya payau. Sebagian juga gambut, jadi nggak mudah ya. Ada yang bagus lahannya di Merauke, jauh. Investor belum ada," ujarnya.

Di sisi lain menurut Zulhas butuh waktu lama hingga kawasan Food Estate menunjukkan hasil produksinya, untuk kemudian bisa menjaring investor. Diproyeksikan waktunya sekitar 5-7 tahun mendatang.

Kedua, optimalisasi lahan-lahan sawah eksisting untuk menggenjot produksinya. Total ada sekitar 7,4 juta hektare (ha) sawah eksisting, yang mana luas tanamnya hanya sekitar 10 juta.

"Jadi kalau 7,4 juta ha panennya 10 juta berarti rata-rata 1,4 kali panen, nggak sampai 2 kali panen. Jadi ada yang sebagian besar panen 2 kali, ada mungkin 30% panennya 1 kali. Kenapa panen 1 kali? Oh irigasinya belum ada atau ini tadah hujan," kata dia.

"Itu kita selesaikan cepat. Ternyata ini rumit, soal-soal irigasi juga rumit. Nah ini selesaikan, alhamdulillah sudah selesai, beres," sambungnya.

Selain lahan dan irigasi, pemerintah juga harus menghadapi masalah pupuk. Pemerintah kini sudah merombak skema penyaluran pupuk, dengan harapan pupuk bisa sampai ke tangan petani lebih cepat.

(shc/hns)

Hide Ads