Kolom

Apa yang Dipikirkan Trump Dengan Tarif Extra Tinggi?

Muhammad Syarkawi Rauf - detikFinance
Kamis, 10 Apr 2025 10:48 WIB
Foto: BBC World
Jakarta -

Media CNN yang berbasis di Amerika Serikat (AS) menerbitkan tulisan berjudul "What trump actually wants from tariffs?" pada 11 Maret 2025. Presiden Trump dengan Trumponomics meyakini bahwa instrumen tarif merupakan panacea untuk membuat America great gain atau America rich again.

Kebijakan tarif super tinggi membantu merestorasi sektor manufaktur dan memulihkan keseimbangan perdagangan AS dengan sejumlah negara. Kebijakan tarif tinggi membuat harga barang impor menjadi lebih mahal untuk melindungi produk dalam negeri AS.

Kebijakan tarif tinggi meningkatkan pendapatan tarif dan membuat produk lokal dapat bersaing dengan barang impor. Penerimaan tarif membantu pemerintah AS membayar utang dan mengatasi defisit anggaran.

Langkah ini dilakukan Trump tanpa membebani pembayar pajak di AS dengan tarif pajak tinggi. Bahkan, pemerintahan Trump memiliki ruang fiskal untuk menurunkan tarif pajak. Lebih jauh, kebijakan tarif tinggi mendorong relokasi investasi ke AS, membantu merestorasi sektor manufaktur AS, sekaligus menciptakan lapangan kerja baru di AS.

Visi Trump membuat America great again dan keyakinannya terhadap instrumen tarif untuk mengatasi banyak masalah perekonomian AS yang melatarbelakangi kebijakan tarif extra tinggi. Di mana pada tahap pertama, pemerintahan Trump mengenakan tarif impor sebesar 10% kepada semua negara yang berlaku pada 5 April 2025.

Pada tahap kedua, pemerintahan Trump mengenakan tarif super tinggi secara selektif kepada 60 negara. Kebijakan tarif Trump sebagai tarif balasan atas kebijakan tarif dan non-tariff barrier yang diberlakukan oleh sejumlah negara terhadap produk AS.

Formula tarif Trump dinilai tidak memiliki landasan teori ekonomi yang solid. Formulanya hanya mempertimbangkan surplus atau defisit perdagangan dengan suatu negara dibagi dengan total impor dari semua negara dikali elastisitas permintaan terhadap harga barang impor (bernilai 4) dikali elastisitas harga terhadap tarif barang impor (bernilai 0,25).

Sebagai contoh, tarif impor terhadap China diperoleh dari pembagian antara defisit perdagangan AS - China sekitar 295 milyar dolar AS dibagi total impor AS dari semua negara sebesar 440 milyar dolar AS sama dengan 67 persen. Hasil akhirnya adalah 67 persen dibagi dua sehingga diperoleh besaran tarif 34 persen.

Formula yang sama diberlakukan terhadap Indonesia sehingga diperoleh tarif sebesar 32%, Afrika Selatan 30 persen, India sebesar 26 persen, Malaysia 24 persen, Vietnam 46 persen, Kambodia 49 persen dan Thailand 36 persen.

Formula ini menunjukkan bahwa semakin besar surplus perdagangan dari suatu negara terhadap AS maka semakin besar tarif impor yang diberlakukan terhadap negara bersangkutan.

Simak Video 'Perang Tarif! Donald Trump Naikkan Tarif Dagang ke China 125%':

Lanjut ke halaman berikutnya




(ang/ang)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork