Ekonomi Bergejolak Gara-gara Tarif Trump, Begini Pandangan Pengusaha

Ekonomi Bergejolak Gara-gara Tarif Trump, Begini Pandangan Pengusaha

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Kamis, 10 Apr 2025 11:22 WIB
Bank Dunia merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2024. Pertumbuhan ekonomi RI diproyeksi 5,1 persen dibandingkan proyeksi sebelumnya sebesar 4,9 persen.
Ilustrasi/Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Ekonomi global sedang dilanda gejolak dengan adanya tarif respirokal dari Presiden AS Donald Trump ke 57 negara, termasuk Indonesia. Meski penetapan tarif bea impor itu akhirnya ditunda 90 hari, namun kebijakan ini tetap menjadi sentimen psikologis negatif ke ekonomi dalam negeri.

Meski begitu, pengusaha yang tergabung dalam Perhimpunan INTI tetap meyakini ekonomi Indonesia bisa terus tumbuh kuat. Sebagai pengusaha, mereka berperan menjadi jembatan kolaborasi antara potensi lokal dan peluang global.

Wakil Ketua Umum Perhimpunan INTI, Lexyndo Hakim, mengatakan akan memperkuat peran dari jejaring Tionghoa-Indonesia dalam membuka akses pasar, investasi, dan teknologi-khususnya di sektor-sektor strategis seperti UMKM, digitalisasi, energi terbarukan, dan industri berbasis budaya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami percaya bahwa perekonomian yang inklusif dan berbasis kolaborasi adalah fondasi Indonesia yang tangguh di tengah dinamika global, terlebih tentunya seusai visimisi Pemerintah dalam rangka menuju Indonesia Emas 2045," kata Lexyndo dalam keterangan resmi, Kamis (54/4/2025).

Lexyndo mengatakan, secara prinsip, INTI mengedepankan kebijakan-Kebijakan Pemerintah yang pasti berupaya semaksimalnya mendorong pertumbuhan ekonomi.

ADVERTISEMENT

"Termasuk kebijakan Pemerintah yang beberapa waktu lalu membentuk bank emas untuk mengelola cadangan emas nasional, menyelesaikan berbagai perjanjian kerja sama ekonomi antar Negara, mendorong sektor pariwisata sebagai mesin ekonomi, yang dimulai dari pengurus- jejaring tempat/fasilitas wisata yang dimiliki oleh pengurus-pengurus INTI," jelasnya.

Selain itu, ia memandang kondisi ke depan dengan meyakini potensi usaha yang paling menjanjikan akan lahir dari kolaborasi lintas sektor yakni teknologi ramah lingkungan, ketahanan pangan, ekonomi digital, serta industri kreatif berbasis budaya lokal yang terkoneksi dengan jaringan global.

"Kita tentu percaya bahwa kekuatan bangsa ada pada keberagamannya. Maka, dengan semangat yang berwarna, merah, putih, dan biru-lambang keberanian, kesucian, dan kepercayaan-INTI akan terus hadir dan berperan aktif dalam dinamika pembangunan bangsa, termasuk berkomitmen menjadi bagian dari solusi, bukan hanya dalam membangun harmoni sosial, tetapi juga dalam menavigasi arah baru ekonomi bangsa," tuturnya.

Ia juga menjelaskan Perhimpunan INTI sudah 26 tahun ikut mengambil peran pada perekonomian Indonesia. Begitu pula perjalanan Perhimpunan INTI selama 26 tahun ini: konsisten membentangkan jalan kolaborasi, memperkuat jembatan lintas organisasi, budaya, agama, dan lembaga negara, serta menjalin simpul-simpul kebhinekaan dalam bingkai persatuan Indonesia.

Logo ulang tahun kali ini sedikit terinspirasi dari filosofi itu. Konfigurasi angka 2 dan 6 menjadi angka 8, bukan hanya simbol kemakmuran, tetapi juga refleksi dari harmoni, kontinuitas, dan peran aktif INTI sebagai penghubung lintas elemen bangsa.

Selama dua dekade lebih, Perhimpunan INTI telah menjadi ruang tumbuh bagi generasi muda Tionghoa-Indonesia untuk berkontribusi, belajar, dan melayani masyarakat. Program-program pemberdayaan ekonomi, pendidikan, hingga bantuan kemanusiaan yang digagas INTI tidak hanya memperkuat solidaritas internal komunitas secara berkelanjutan, tetapi juga membuktikan bahwa keberagaman adalah aset strategis bangsa.

"Kini, di usia ke-26, INTI tidak hanya melihat ke belakang dengan rasa syukur, tetapi juga menatap ke depan dengan visi yang semakin matang. Dengan semangat Taking Role, Perhimpunan Tionghoa siap memperluas jangkauan kolaborasi, mendorong inovasi, dan memperkuat peran diaspora dalam mempertemukan peluang global dengan potensi lokal. Sebab kami percaya, masa depan Indonesia akan dibentuk oleh mereka yang berani merangkul perubahan, tanpa meninggalkan akar budaya dan jati dirinya," jelasnya.


Hide Ads