Ekonom Sebut Ojol Tak Perlu Diformalisasi, Ini Alasannya

Rista Rama Dhany - detikFinance
Kamis, 08 Mei 2025 13:12 WIB
Foto: Andhika Prasetia
Jakarta -

Wacana pengemudi ojek online (ojol) dijadikan pekerja formal kembali mencuat. Namun, sejumlah ekonom menilai, solusi yang lebih tepat untuk industri ini bukanlah formalisasi, melainkan penguatan model kemitraan yang fleksibel agar tetap adaptif dan berkelanjutan.

Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, menyebut posisi driver ojol saat ini berada di antara pekerja formal dan informal. Dalam skema kemitraan, kekuatan utama terletak pada fleksibilitasnya.

"Gig worker seperti driver online menawarkan fleksibilitas sebagai nilai utama. Ketika diformalkan tanpa memperbaiki relasi kuasa, fleksibilitas itu bisa hilang dan justru merugikan," kata Huda, di Jakarta, Kamis (8/5/2025).

Senada, ekonom Segara Institute, Piter Abdullah, menyebut skema mitra justru punya kelebihan yang tidak bisa diukur secara nominal. Menurutnya, fleksibilitas memberi ruang para driver untuk mengejar berbagai sumber penghasilan.

"Fleksibilitas, kesetaraan, dan posisi tawar yang lebih terbuka membuat driver bisa multi-platform, atau sambil menjalankan usaha atau pekerjaan lain," jelas Piter.

Dari sudut pandang makro, ia menilai kemitraan fleksibel terbukti menjadi bantalan sosial ekonomi yang penting, terutama saat terjadi guncangan ekonomi.

"Bayangkan kalau industri ini kaku dan rigid seperti pekerja formal. Penerimaan akan lama, persyaratan akan banyak. Sekarang, selama punya SIM, siapa pun bisa masuk. Itulah kenapa saat banyak orang kena PHK, tidak terjadi gejolak besar. Industri ini menyerap tenaga kerja dengan cepat dan efisien. Barrier to entry-nya sangat rendah, dan itu kekuatan besar," tegasnya.

Simak juga Video 'Menteri Maman Sebut Asosiasi Ojol Sepakat Jika Masuk Kategori UMKM':




(rrd/rir)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork