Perusahaan MLM di Indonesia Diminta Bangun Pabrik

Perusahaan MLM di Indonesia Diminta Bangun Pabrik

- detikFinance
Rabu, 27 Jun 2007 17:12 WIB
Jakarta - Pemerintah meminta perusahaan Multi Level Marketing (MLM) asing yang menjaring anggotanya di Indonesia membangun pabriknya di dalam negeri. Untuk merangsang minat pelaku usaha MLM asing menanamkan modalnya di sektor manufaktur di dalam negeri, pemerintah juga akan memberlakukan aturan kepemilikan saham asing. Ketentuan tersebut akan dimasukkan dalam peraturan pemerintah mengenai bidang usaha terbuka bersyarat"Kita ingin mengundang MLM asing yang berusaha di Indonesia dengan mendirikan manufaktur," kata Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Departemen Perdagangan, Ardiansyah Parman, dalam seminar penipuan berkedok MLM di Menara Peninsula, Jakarta, Rabu (27/6/2007).Menurutnya baru perusahaan MLM lokal saja yang membangun fasilitas produksi. Sebelumnya perusahaan MLM asing Avon pernah mendirikan pabrik di Indonesia namun sekarang sudah tutup, yang masih ada tinggal CNI."Tapi realita banyak sekali MLM yang besar seperti Avon dan Amway basisnya hanya ada di negara asal. Memang di Cina mereka mampu menarik pabriknya berada di Cina karena volumenya sudah begitu besar," papar Ardiansyah.Sementara Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Langsung Indonesia (APLI) Helmy Attamimi, meminta pemerintah mengeluarkan UU Anti Piramid dan Money Game. Hal ini, jelas Helmy, diperlukan untuk melindungi konsumen dari para pelaku usaha yang bertujuan hanya untuk menghimpun dana investasi dengan berkedok perusahaan MLM. Pasalnya pemerintah saat ini hanya mengacu pada Permendag Nomor 13/M-DAG/PER/3/2006 dalam mengatur izin usaha penjualan langsung.APLI telah menyampaikan usulan mengenai keharusan pelaku usaha MLM asing membangun pabrik mereka di Indonesia dan batasan kepemilikan saham asing di bisnis MLM sebesar 60 persen. Usulan itu diharapkan dimasukan dalam UU perdagangan.Berdasarkan data Asosiasi Penjualan Langsung Dunia (WDSA) per akhir 2005, jumlah konsumen di Indonesia yang membeli produk MLM mencapai 6.769.551 orang dengan total penjualan US$ 765 juta. Sementara jumlah konsumen MLM terbanyak dipegang oleh Amerika Serikat sebanyak 14,1 juta orang dengan total penjualan US$ 30,47 miliar.Wakil Ketua urusan luar negeri APLI, Koen Verheyen, mengungkapkan saat ini masih banyak perusahaan investasi berjangka yang berkedok MLM yang masih aktif beroperasi. "Sebenarnya mereka ini bukan menawarkan produk seperti halnya MLM, melainkan menawarkan semacam pengandaan uang atau memberi bunga yang tidak wajar," paparnya. (arn/ir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads