Penyebab Neraca Dagang RI Surplus 61 Bulan Beruntun

Penyebab Neraca Dagang RI Surplus 61 Bulan Beruntun

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Rabu, 02 Jul 2025 07:00 WIB
Ilustrasi untuk impor atau ekspor.
Ilustrasi ekspor impor - Foto: Andy Li/Unsplash
Jakarta -

Neraca perdagangan Indonesia mengalami kondisi surplus, kinerja ekspor lebih baik dari impor, dalam 61 bulan berturut-turut. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada Mei 2025 neraca dagang RI mencatatkan surplus US$ 4,3 miliar.

Nilai ekspor Indonesia pada Mei 2025 mencapai US$ 24,61 miliar, meningkat sebesar 9,68% dibandingkan dengan bulan Mei 2024. Kemudian nilai impor pada Mei 2025 mencapai US$ 20,31 miliar dan meningkat sebesar 4,14% dibandingkan bulan Mei 2024.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini mengatakan, neraca perdagangan RI telah mencatatkan surplus sejak Mei 2020 silam. Surplus pada Mei 2025 lebih ditopang surplus komoditas non migas yaitu US$ 5,83 miliar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Komoditas penyumbang surplus utamanya yaitu lemak dan minyak hewani atau nabati HS15, bahan bakar mineral atau HS27, serta besi dan baja HS72," kata Pudji dalam konferensi pers di Kantor BPS, Jakarta, Selasa (1/7/2025).

Pada saat yang sama, lanjut Pudji, neraca perdagangan migas tercatat defisit US$ 1,53 miliar. Adapun komoditas penyumbang defisit adalah hasil minyak dan minyak mentah.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, secara kumulatif periode Januari-Mei 2025, nilai ekspor mencapai US$ 111,98 miliar atau meningkat 6,98% dibandingkan periode yang sama tahun 2024. Lalu nilai impor kumulatif mencapai US$ 96,60 miliar atau meningkat 5,45% dibandingkan periode yang sama tahun 2024.

Pudji mengatakan, secara kumulatif periode Januari-Mei 2025 neraca perdagangan RI tercatat surplus US$ 15,38 miliar. Surplus ditopang komoditas nonmigas sebesar US$ 23,10 miliar. Sedangkan komoditas migas masih mengalami defisit US$ 7,72 miliar.

AS Negara Penyumbang Surplus Terbesar

Lebih lanjut, Pudji memaparkan neraca perdagangan kumulatif Indonesia menurut negara mitra dagang. Hingga Mei 2025, secara total baik migas dan nonmigas, ada 3 negara penyumbang surplus terbesar antara lain Amerika Serikat (AS), India, dan Filipina.

"Amerika Serikat sebesar US$ 7,08 miliar, lalu India sebesar US$ 5,30 miliar, dan Filipina US$ 3,69 miliar," ujar Pudji.

Sedangkan negara penyumbang defisit terdalam, tiga negara teratasnya yakni ada China, disusul Singapura, dan Australia. Untuk China sendiri tercatat defisit minus US$ 8,15 miliar, Singapura minus US$ 2,79 miliar, dan Australia minus US$ 2,11 miliar.

Lebih lanjut, untuk neraca perdagangan nonmigas, 3 negara penyumbang surplus terbesar antara lain ada Amerika Serikat US$ 8,28 miliar, India US$ 5,32 miliar, dan Filipina US$ 3,69 miliar. Sedangkan penyumbang defisit terdalam ada China minus US$ 8,87 miliar, Australia minus US$ 1,93 miliar, dan Brasil minus US$ 0,68 miliar.

Komoditas Pendorong Surplus

Selanjutnya dari sisi komoditas, sepanjang Januari-Mei 2025 surplus didorong oleh komoditas lemak dan minyak hewan atau nabati HS15 sebesar US$ 12,44 miliar. Kedua, ada bahan bakar mineral atau HS27 dengan surplus sebesar US$ 11,51 miliar, ketiga besi dan baja atau HS72 dengan surplus sebesar US$ 7,53 miliar.

Sementara defisit utamanya berasal dari komoditas mesin dan peralatan mekanis atau HS84 sebesar US$ 10,76 miliar, lalu mesin dan perlengkapan elektrik atau HS85 dengan defisit sebesar US$ 4,53 miliar, serta yang ketiga plastik dan barang dari plastik atau HS39 dengan defisit sebesar US$ 3,13 miliar.

Tonton juga "Wamendag Akui Batu Bara Jadi Penopang Utama Neraca Perdagangan Negara" di sini:

(shc/kil)

Hide Ads