China Alihkan Ekspor ke RI, Impor Produk Agro Meroket

China Alihkan Ekspor ke RI, Impor Produk Agro Meroket

Ilyas Fadilah - detikFinance
Rabu, 02 Jul 2025 16:37 WIB
China mulai membatasi barang impor dari Taiwan. Barang yang dibatasi tersebut sebagian besar yaitu produk makanan dan minuman.
Foto: Getty Images/Annabelle Chih
Jakarta -

Indonesia mulai kebanjiran produk agro dari China di tengah memanasnya perang dagang global. Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza mengungkapkan adanya lonjakan signifikan impor produk agro ke Tanah Air, terutama dari China yang mulai mengalihkan ekspornya dari pasar Amerika Serikat (AS).

"Di saat yang sama Indonesia justru mencatat lonjakan impor produk agro dari China sebesar US$ 477 ribu (sekitar Rp 7,72 miliar) atau meningkat 30%," kata Faisol dalam rapat kerja bersama Komisi VII DPR RI di Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (2/6/2025).

Data yang dihimpun menunjukkan ekspor produk agro China ke AS turun US$ 1,17 miliar atau sekitar Rp 18,95 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu. Namun justru ke Indonesia, tren ekspornya meningkat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Faisol merinci, setidaknya ada tujuh komoditas industri agro dari China yang mengalami lonjakan impor ke Indonesia:

  • HS 23 (limbah industri makanan dan pakan ternak olahan) naik 11,17%
  • HS 03 (ikan dan krustasea) naik lebih dari 100%
  • HS 18 (produk kakao dan olahannya) naik lebih dari 100%
  • HS 09 (kopi, teh, mate, dan rempah-rempah) naik 53,42%
  • HS 48 (kertas dan karton) naik 28,52%
  • HS 19 (sereal, tepung, pati, susu, dan pastry) naik 24,91%
  • HS 44 (produk kayu dan arang kayu) naik 22,46%

"Kondisi ini menjadi sinyal penting bagi pemerintah Indonesia untuk mencermati dampak dari trade diversion terhadap struktur impor nasional, sekaligus peluang untuk memetakan potensi dan tantangan industri agro di dalam negeri," jelas Faisol.

ADVERTISEMENT

Tak hanya sektor agro, Faisol juga mengaku khawatir terhadap ketergantungan tinggi Indonesia terhadap impor baja dan aluminium dari China yang dinilainya bisa menjadi masalah struktural di tengah ketidakpastian global. Pemerintah diharapkan segera merumuskan kebijakan penguatan industri dalam negeri agar tidak terjebak dalam ketergantungan jangka panjang.

(ily/rrd)

Hide Ads