Indonesia menawarkan diri untuk memangkas neraca perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) sebagai rayuan dalam negosiasi tarif resiprokal. Indonesia sendiri diganjar tarif 32% oleh Presiden Donald Trump.
Jelang tenggat waktu negosiasi yang habis, pemerintah dengan sektor swasta menyepakati untuk memberikan tawaran paket pembelian komoditas dari AS dan juga investasi. Totalnya, ada sekitar US$ 34 miliar atau sekitar Rp 547 triliun (kurs Rp 16.100).
Tawaran itu menurut Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian, Airlangga Hartarto, sudah lebih dari cukup untuk membalikkan posisi neraca dagang AS yang defisit terhadap Indonesia. Sejauh ini neraca dagang AS masih defisit senilai US$ 19 miliar terhadap Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pembelian Indonesia terhadap produk Amerika yang sifatnya tidak short term, tapi bisa long term. Jadi kalau istilah Pak Presiden, 'pak pok.' Jadi trade defisit US$ 19 miliar tapi kita offer pembelian ke mereka jumlahnya melebihi dari itu, yakni US$ 34 miliar," ungkap Airlangga di kantornya, di Jakarta Pusat, Kamis (3/7/2025).
Baca juga: Trump Kenakan Tarif Impor 20% buat Vietnam |
Airlangga mengungkapkan dari paket tersebut, ada sekitar US$ 15,5 miliar untuk pembelian komoditas agrikultur dan juga beberapa rencana investasi Indonesia di AS, Airlangga menyebutkan BUMN dan Danantara akan ikut andil dalam investasi tersebut.
Tanggal 7 Juli 2025 mendatang, Airlangga mengatakan bakal ada penandatanganan perjanjian antara sektor bisnis Indonesia dengan mitra dagangnya di AS.
"Rencananya akan ada perjanjian atau MOU antara Indonesia dengan mitranya di AS pada 7 Juli," sebut Airlangga.
Lantas apakah dengan tawaran ini AS bakal memangkas tarif barang impor dari Indonesia? Airlangga mengaku kesepakatan tarif masih terus dinegosiasikan, angkanya berubah setiap hari.
"Kesepakatan tarif sudah ada pembicaraan, nanti kita tunggu saja, day to day berubah terus," pungkas Airlangga.
Simak juga Video: RI Sudah Sampaikan 'Second Best Offer' untuk Nego Tarif Trump