Pelindo Catat Arus Peti Kemas Ekspor-Impor Tumbuh 13,64% di Semester I

Pelindo Catat Arus Peti Kemas Ekspor-Impor Tumbuh 13,64% di Semester I

Kathleen Alicia Bong - detikFinance
Selasa, 15 Jul 2025 15:15 WIB
Pelindo
Foto: Dok. Pelindo
Jakarta - PT Pelindo Terminal Petikemas mencatat lonjakan signifikan dalam arus peti kemas ekspor dan impor selama semester pertama 2025. Tercatat sebanyak 2,1 juta TEUs peti kemas internasional berhasil dilayani melalui terminal-terminal Pelindo, meningkat 13,64% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencatatkan 1,8 juta TEUs.

Corporate Secretary PT Pelindo Terminal Petikemas, Widyaswendra, menjelaskan bahwa pertumbuhan terjadi pada kedua sisi, baik ekspor maupun impor. Peti kemas ekspor mencapai 1,01 juta TEUs, sementara impor sebesar 998 ribu TEUs.

"Arus peti kemas dalam negeri juga mengalami pertumbuhan namun tidak sebesar pertumbuhan internasional. Hingga semester I 2025, peti kemas domestik tercatat sebanyak 4,2 juta TEUs atau tumbuh sekitar 4,86% dari tahun lalu yang sebesar 4 juta TEUs," jelas Widyaswendra dalam keterangannya, Selasa (15/7/2025).

Pertumbuhan ini, menurutnya, melampaui ekspektasi perusahaan di tengah kondisi global yang tidak pasti. Selain meningkatnya volume peti kemas bermuatan, reposisi peti kemas kosong ke berbagai negara turut mendongkrak angka pertumbuhan.

Sejumlah terminal internasional mencatat lonjakan signifikan. Contohnya, TPK Semarang tumbuh 17,7% menjadi 415 ribu TEUs dari 353 ribu TEUs. Sementara itu, IPC TPK mencatat pertumbuhan paling tajam, mencapai 43,26% dari 307 ribu TEUs menjadi 440 ribu TEUs.

"Secara keseluruhan arus peti kemas (internasional dan domestik-red) di lingkungan PT Pelindo Terminal Petikemas sebanyak 6,3 juta TEUs, tumbuh 7,61% jika dibandingkan semester I tahun lalu," tambahnya.

Kenaikan arus peti kemas ini beriringan dengan mulai pulihnya aktivitas pelayaran internasional, khususnya pada jalur strategis seperti Indonesia-China.

Salah satu pemain utama, Ocean Express Network (ONE) asal Jepang, mencatat pertumbuhan antara 3 hingga 5% pada semester pertama. Presiden Direktur ONE Indonesia, Keishin Watanabe, bahkan menilai lonjakan tertinggi terjadi pada rute Indonesia-China, imbas dari pergeseran rantai pasok global menyusul kebijakan tarif dari mantan Presiden AS, Donald Trump.

"Saya menduga pertumbuhan tertinggi terjadi pada rute Indonesia-China. Ini tidak lepas dari peningkatan arus perdagangan antara kedua negara, terutama pasca munculnya kebijakan tarif dari Presiden AS Donald Trump. Hal itu mendorong banyak perusahaan mengalihkan rantai pasok mereka ke kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia," kata Watanabe.

Optimisme juga datang dari Pacific International Lines (PIL) asal Singapura. Dengan meningkatnya arus perdagangan, khususnya antara Indonesia dan China, PIL membuka direct service baru bertajuk North China Indonesia (NCI) yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan utama di China dan Indonesia.

Layanan ini beroperasi di dua terminal besar: TPK Koja di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, dan Terminal Petikemas Surabaya (TPS) di Tanjung Perak, Surabaya. Dengan layanan ini, arus logistik antarnegara diharapkan dapat berlangsung lebih efisien tanpa harus melewati pelabuhan transit di negara ketiga.

"Volume perdagangan antara Indonesia dan China saat ini sangat bagus. Itu menjadi alasan utama kami kembali membuka layanan langsung ini," kata Presiden Direktur PIL Indonesia Sujeeva Salwatura.

Selain pelabuhan dan pelayaran, sektor logistik nasional juga menunjukkan pertumbuhan yang positif di paruh pertama 2025. Salah satu indikator terlihat dari kinerja Gateway Container Line (GCL), pemain terbesar dalam layanan konsolidator Less than Container Load (LCL) di Indonesia.

Direktur Utama GCL, Hesty Rosmawati, menyampaikan bahwa perusahaannya mencatat pertumbuhan stabil di berbagai layanan, dengan kontribusi terbesar berasal dari Cina. Untuk LCL impor, pertumbuhan mencapai 8,94%, sedangkan layanan Full Container Load (FCL) impor tumbuh 5,65%.

Untuk ekspor, LCL meningkat 9,2%, terutama menuju Jebel Ali, UEA, dan Vietnam. Sementara FCL ekspor melonjak hingga 23,4%, didorong oleh permintaan dari kawasan ASEAN dan Timur Tengah.

Secara makro, sektor logistik mencatat kinerja yang menggembirakan. Berdasarkan data Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) dan Supply Chain Indonesia (SCI), sektor transportasi dan pergudangan menyumbang 6,08% terhadap PDB nasional pada semester pertama tahun ini, dengan pertumbuhan sebesar 9,01 persen (year-on-year).

CEO SCI, Setijadi, menambahkan bahwa pertumbuhan logistik tahun ini banyak didorong oleh sektor pertanian dan industri pengolahan makanan dan minuman.

"Sektor perdagangan juga memberikan kontribusi signifikan terhadap lonjakan aktivitas logistik," jelasnya.

Adapun SCI memperkirakan sektor logistik nasional akan tumbuh 8,56% sepanjang 2025, dengan nilai kontribusi sekitar Rp1.517 triliun atau setara 6,49 persen dari total PDB nasional.

Simak juga Video: Penjelasan Pelindo soal Penyebab Kemacetan di Pelabuhan Tanjung Priok

(akn/ega)


Hide Ads