Trump Wajibkan RI Borong Pangan Rp 73 T, Mentan Bilang Nggak Masalah

Retno Ayuningrum - detikFinance
Jumat, 18 Jul 2025 08:30 WIB
Menteri Pertanian Amran Sulaiman - Foto: Mentan Amran Sulaiman. (Retno Ayuningrum/detikcom)
Jakarta -

Indonesia akan membeli produk pertanian dari Amerika Serikat (AS) senilai US$ 4,5 miliar atau sekitar Rp 73 triliun (kurs Rp 16.271/US$). Hal ini sebagai salah satu syarat agar tarif impor yang dikenakan oleh Presiden AS Donald Trump turun dari semula 32% menjadi 19%.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menilai hal ini bukanlah sebuah permasalahan. Bahkan impor produk pertanian dari AS tidaklah mengganggu ketahanan pangan Indonesia.

"Saya kira nggak, nggak masalah," kata Amran kepada awak media di kantor berita RRI, Jakarta Pusat, Kamis (17/7/2025).

Amran menerangkan biasanya komoditas pertanian yang impor merupakan yang belum dapat terpenuhi produksinya dalam negeri, misalnya jagung. Apabila produksi dalam negeri dapat mencukupi, Amran menerangkan tidak perlu impor.

"Yang kita biasa impor kan jagung, tetapi contoh salah satu jagung. Itu kalau, kalau kita cukup kan tidak impor. Iya kan?" terang Amran.

Lebih lanjut, gandum menjadi komoditas pertanian yang akan diimpor dari AS. Sejauh ini, Indonesia telah melakukan impor sejumlah komoditas dari AS, yakni kacang kedelai, gas minyak bumi, dan pesawat terbang.

"Oh, yang pertanian Jadi, itu gandum, gandum itu yang paling besar," imbuh Amran.

Di sisi lain, menurut Amran, penurunan tarif tersebut menjadi peluang besar bagi sektor pertanian Indonesia, khususnya crude palm oil (CPO). Tarif impor Indonesia yang lebih rendah dibandingkan dengan negara tetangga semakin kompetitif bagi Indonesia di pasar AS.

"Pesaing kita cuma Malaysia. (Dengan adanya tarif ini) artinya kita bisa menambah juga (ekspor CPO ke AS). Ini menjadi peluang emas bagi pertanian," jelas dia.

Amran optimis, Indonesia dapat melampaui negara lain dalam ekspor CPO. "Malaysia 25%, Indonesia 19% kan? Terus kalau CPO kita masuk, yang mana menang? Indonesia," tambah.

Kendati begitu, Indonesia masih perlu meningkatkan produksi CPO, Amran menyebut program penanaman kembali (replanting) masih terus dijalankan. Amran pun mengakui ada potensi stagnasi produksi karena sebagian dialihkan untuk kebutuhan biofuel.

"Iya kita akan menanam kembali, replanting kita sudah lakukan. Pasti produksi naik. Tetapi mungkin stagnan karena kita alihkan ke biofuel," tambahnya.

Seperti diketahui, dalam tahap negosiasi dengan pemerintah AS, Indonesia telah menawarkan pemotongan bea masuk komoditas utama asal Amerika Serikat (AS) mendekati 0%. Selain itu, mengimpor gandum senilai US$ 500 juta atau sekitar Rp 8,09 triliun (asumsi kurs Rp 16.087).

"(Tarif) ekspor utama AS itu mendekati nol, tapi tergantung juga berapa besar tarif yang kita dapatkan dari AS," ujar Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto dikutip dari Reuters, Jumat (4/7/2025).

Tonton juga video "Awal Mula Kecurigaan 212 Beras Dioplos, Ada Anomali Harga" di sini:




(kil/kil)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork