RI Berpeluang Jadi Tujuan Relokasi Pabrik Imbas Tarif Trump

RI Berpeluang Jadi Tujuan Relokasi Pabrik Imbas Tarif Trump

Anisa Indraini - detikFinance
Jumat, 18 Jul 2025 15:45 WIB
U.S. President Donald Trump speaks to the press as he arrives at the White House in Washington, D.C., U.S., July 13, 2025. (Reuters)
Foto: dok. Reuters
Jakarta -

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menetapkan tarif perdagangan untuk Indonesia sebesar 19% yang berlaku mulai 1 Agustus 2025. Besaran itu telah dipangkas dari rencana sebelumnya 32% seiring tercapainya kesepakatan kedua negara.

Research Director Prasasti Center for Policy Studies, Gundy Cahyadi mengatakan kesepakatan itu dilandasi prinsip timbal balik untuk mencapai hubungan dagang yang adil bagi kedua negara. Dengan besaran tarif yang lebih rendah dari sebelumnya, Indonesia disebut bisa meningkatkan daya saing produk.

"Indonesia bisa menjual produk di pasar AS dengan besaran tarif yang lebih rendah dari sebelumnya sehingga dapat meningkatkan daya saing produk. Sementara AS mengekspor barang produktif yang dibutuhkan industri Tanah Air," kata Gundy dalam keterangan tertulis, Jumat (18/7/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gundy menilai besaran tarif Indonesia yang lebih rendah dibandingkan negara lain diharapkan bisa membangkitkan optimisme dan meningkatkan kepercayaan investor atas prospek bisnis di Indonesia.

"Efek samping lainnya akan sangat bergantung deal antara Trump dengan negara lain yang memiliki ketergantungan tinggi dengan pasar AS, terutama di Asia seperti Vietnam dan China. Jika kesepakatan tarif yang diraih negara-negara itu ternyata tidak lebih baik dari Indonesia, maka terbuka peluang terjadinya realokasi asalkan Indonesia mampu mengoptimalkan kesempatan tersebut dengan mempermudah izin dan kepastian hukum," bebernya.

ADVERTISEMENT

Hal ini pada akhirnya bisa memacu sektor riil, pembukaan lapangan kerja, meningkatkan penerimaan pajak dan pertumbuhan ekonomi.

"Apalagi Trump menegaskan akan menindak keras praktik transhipment bagi para pelaku usaha yang coba-coba mengakali ekspor ke AS melalui negara yang dikenakan tarif lebih rendah," kata Gundy.

Negosiasi AS dengan negara lain memang masih berlangsung dan bisa saja menghadirkan berbagai kejutan baru. Meski begitu, kemampuan Indonesia mengunci kesepakatan tarif 19% sebelum tenggat waktu berakhir patut diapresiasi.

"Menariknya deal dengan Presiden Trump tercapai di saat Presiden Prabowo terus menunjukkan posisinya yang kuat di BRICS dan aktif menjalankan diplomasi ekonomi ke Uni Eropa," kata Gundy.

Sebagai informasi, AS adalah mitra dagang terbesar kedua bagi Indonesia. Dalam 5 tahun terakhir (2020-2024), pertumbuhan ekspor Indonesia ke AS naik dengan rata-rata 9,71% per tahun.

Tahun 2024 total perdagangan AS-Indonesia mencapai US$ 38,3 miliar dengan nilai ekspor Indonesia ke AS mencapai US$ 26,3 miliar dan impor dari AS ke Indonesia sejumlah US$ 12,0 miliar. China masih menjadi tujuan utama ekspor Indonesia dengan share 26,40%, diikuti AS dan Jepang masing-masing share 11,22% dan 6,59%.

Lihat juga Video: Apple Bakal Bangun Pabrik di Batam Tahun Ini!

(acd/acd)

Hide Ads