Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) terus memperkuat kemitraan strategisnya dengan perusahaan tambang global asal Prancis, Eramet. Hal ini dilakukan untuk memperkuat hilirisasi mineral di Indonesia.
Chief Executive Officer (CEO) Danantara, Rosan Roeslani mengatakan bahwa Prancis saat ini merupakan investor terbesar ketiga dari Uni Eropa di Indonesia. Ia mengatakan bahwa peluang kerja sama RI dengan Prancis masih sangat terbuka lebar terlebih adanya perjanjian Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA).
"Prancis saat ini merupakan investor terbesar ketiga dari Uni Eropa di Indonesia. Peluang kolaborasi masih sangat luas, terutama didukung dengan komitmen bersama melalui IEU-CEРА," katanya dikutip dari akun resmi Instagram @rosanroeslani, Sabtu (19/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam forum Breakfast Business Dialogue bersama organisasi bisnis terbesar Prancis, Mouvement des Entreprises de France International (MEDEF International) beberapa waktu lalu, ia bersama tim bertemu dengan Group CEO Eramet, Paulo Castellari, dan CEO Eramet, Jerome Baudelet.
Pertemuan tersebut dilakukan untuk mendalami peluang kerja sama jangka panjang, mulai dari penyelarasan strategi hingga transfer pengetahuan demi masa depan hilirisasi yang berkelanjutan.
"Dalam Breakfast Business Dialogue bersama organisasi bisnis terbesar di Prancis, Mouvement des Entreprises de France International atau MEDEF International dan Kadin Indonesia, saya tegaskan pentingnya membuka peluang investasi di sektor prioritas melalui peran Danantara," kata Rosan.
Sebelumnya, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) melakukan kerja sama investasi ke proyek hilirisasi nikel dengan raksasa tambang Prancis, Eramet. Danantara dan Eramet sepakat menjajaki pembentukan platform investasi strategis di sektor nikel, dari operasi hulu hingga hilir.
Penandatanganan kerja sama ini disaksikan secara langsung oleh Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Prancis Emmanuel Macron di sela pertemuan bilateral di Istana Merdeka, Jakarta Pusat. Kemitraan ini bertujuan untuk mengembangkan ekosistem bahan baku baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) yang berkelanjutan dan terintegrasi di Indonesia.
Para pihak akan melakukan penilaian awal guna mengidentifikasi proyek paling tepat untuk memaksimalkan potensi ekosistem EV nasional, sekaligus menyiapkan peta jalan untuk kolaborasi ke depan. Dalam penerapan kerja sama ini, para pihak sepakat pengelolaan aset tidak hanya harus mengedepankan efisiensi dan nilai ekonomi, tetapi juga harus berlandaskan standar internasional yang ketat.
Chief Investment Officer (CIO) Danantara Indonesia Pandu Sjahrir meyakini kemitraan ini akan memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat global dalam rantai pasok baterai EV. Pandu menjelaskan bahwa dalam kemitraan ini, Danantara akan mengelola pembiayaan jangka panjang untuk mendukung pengembangan investasi, sementara Eramet berkontribusi melalui keahlian teknis dan pengalaman dalam menjalankan proyek pertambangan skala besar sesuai standar berkelanjutan internasional.
"Kemitraan ini mencerminkan komitmen untuk mendorong investasi hilirisasi nikel kelas dunia di Indonesia, yang merupakan salah satu pilar utama dalam memperkuat daya saing industri nasional. Kolaborasi ini juga mengintegrasikan kapasitas teknis tingkat global di bidang tambang berwawasan lingkungan yang mendukung pembangunan industri berkelanjutan," kata Pandu.
Lembaga Pengelola Investasi (Indonesia Investment Authority/INA) juga ikut berkontribusi dalam kerja sama investasi ini. Ketua Dewan Direktur INA Ridha Wirakusumah menyambut positif kemitraan ini dan menyatakan Inisiatif ini merupakan langkah penting dalam memperkuat rantai pasok dan hilirisasi mineral penting Indonesia, khususnya nikel, selaras dengan fokus investasi INA di sektor mineral dan hilirisasi.
"Kolaborasi strategis antara Eramet, Danantara Indonesia, dan INA memadukan keunggulan teknis serta rekam jejak global dalam pengelolaan tambang berkelanjutan dengan perancangan struktur pendanaan jangka panjang yang mendukung pertumbuhan industri," papar Ridha
(eds/eds)