Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan atau Zulhas mengatakan untuk melepas ketergantungan impor dan mengejar swasembada pangan, Indonesia membutuhkan penggunaan teknologi pada sektor pertanian. Ia mengungkap, banyak negara yang bisa menjadi percontohan.
Contohnya China, Zulhas menyebut negara itu berhasil melepas ketergantungan impor pangan dengan menggunakan teknologi smart farming dan Artificial intelligence (AI). Dengan teknologi itu, China berhasil membangun sistem cadangan pangan strategis negaranya.
"China misalnya, mereka membangun sistem cadangan pangan strategis nasional dengan memperluas lahan pertanian dengan smart farming. Untuk menghindari ketergantungan impor, China juga masih menggunakan teknologi AI untuk prediksi cuaca," kata dia dalam Green Energy Impact di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Kamis (24/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Contoh lainnya yaitu Brasil. Zulhas mengatakan berdasarkan hasil kunjungannya ke negara tersebut, terdapat perbedaan pola produksi tebu Brasil dengan Indonesia.
Dengan penggunaan teknologi, Brasil menghasilkan bibit tebu yang bagus sehingga produktivitasnya besar dan harganya bisa jauh lebih murah dibandingkan impor. Sedangkan Indonesia punya masalah pada kualitas bibit.
"Dengan teknologi dan kualitas baru dia punya bibit, sekali tanam bisa 7-10 tahun. Nggak usah tanam lagi, tinggal panen, panen, panen, tetapi yang terjadi kita harus 2-3 tahun ganti, ini 20 tahun kita nggak ganti, bibitnya malah 20 tahun nggak ganti. Bayangkan, satu hektare (ha) (Brasil) bisa menghasilkan 100 ton lebih, kita mungkin hanya bisa 34-50 ton," ungkapnya.
Penggunaan Teknologi Mahal
Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan atau Zulhas/Foto: Aulia Damayanti/detikcom
|
Zulhas mengatakan Indonesia sebenarnya telah menggunakan teknologi untuk berbagai komoditas. Salah satunya combine harvester, mesin untu memanen tanaman padi. Dengan alat tersebut, proses panen satu hektare (ha) lahan sawah tidak memerlukan waktu berhari-hari.
"Kita mempergunakan combine harvester untuk menanen satu hektare. Kalau dengan manusia, satu hektare itu 24 hari. Jadi, mengadopsi teknologi pertanian itu bukan beban biaya, tetapi investasi untuk hasil yang lebih tinggi, cepat, dan berkelanjutan," terangnya.
Baca juga: Zulhas: Kopdes Menghapus Tengkulak-Pinjol |
Selain itu, telah banyak pengembangan teknologi pertanian, misalnya smart green house yang dilengkapi teknologi pengaturan suhu, kelembapan hingga penyiraman otomatis.
Meski begitu, penggunaan tenologi pertanian di Indonesia masih kalah jauh dari negara-negara lainnya. Hal ini yang menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi Indonesia dalam mengejar swasembada pangan.
"Kita tadi sudah sampaikan, ada beberapa teknologi yang sudah kita pakai,kita pakai drone, kita pakai combine harvester untuk padi, tapi masih jauh, masih jauh," pungkasnya.
Tonton juga video "Zulhas Tegaskan Kopdes Merah Putih Bakal Berantas Tengkulak-Rentenir" di sini: