Raksasa Chip Ini Bakal PHK Massal 22% Karyawannya

Raksasa Chip Ini Bakal PHK Massal 22% Karyawannya

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Jumat, 25 Jul 2025 08:10 WIB
Intel Core Ultra
Foto: Dok. Intel
Jakarta -

Raksasa chip global Intel berencana akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal terhadap sebanyak 22% karyawannya hingga akhir tahun. Langkah ini menjadi bagian dari upaya perusahaan memperbaiki kinerja.

Melansir Reuters, Jumat (25/7/2025), hal tersebut menjadi bagian dari cetak biru yang dipresentasikan oleh CEO baru Intel, Lip Bu Tan, untuk membuat perusahaan lebih disiplin dalam hal biaya dan efisien.

Kepala Keuangan Intel David Zinsner mengatakan, sebagai bagian dari PHK, Intel mencoba mengambil pendekatan 'bedah' dan menghapus beberapa lapisan manajemen menengah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami menghapus sekitar 50% dari lapisan perusahaan," ujarnya, kepada Reuters.

ADVERTISEMENT

Perusahaan awalnya berencana memangkas tenaga kerja sebesar 15% dari 96.400 yang dilaporkan pada akhir Juni. Lebih lanjut, Intel berencana untuk mengurangi jumlah karyawan menjadi hanya 75.000 pada akhir tahun, jumlahnya turun 22% dari akhir tahun 2024.

PHK massal merupakan bagian dari upaya Tan sejak ia menjabat pada bulan Maret untuk membalikkan keadaan produsen chip AS yang tersohor tersebut. Intel telah mendivestasikan bisnis, memberhentikan karyawan, dan mengalihkan sumber dayanya.

Perusahaan memiliki kinerja buruk karena kesalahan manajemen selama bertahun-tahun. Intel hampir tidak memiliki pijakan di industri chip AI yang sedang berkembang pesat, yang didominasi oleh Nvidia (NVDA.O), dan rival lamanya, AMD (AMD.O).

Kedua perusahaan telah mendapatkan pangsa pasar di pasar semikonduktor server dan komputer pribadi andalan Intel. Sedangkan rencana ambisius dan mahal Intel untuk bisnis kontrak chip yang menyaingi TSMC (2330.TW) Taiwan, gagal terwujud.

Menyusul hal tersebut. Tan telah mengisyaratkan akan mengambil alih perusahaan dan berusaha melakukan perbaikan besar-besaran dari kesalahan langkah sebelumnya.

"Tidak ada lagi cek kosong," tulis Tan dalam memo kepada karyawan.

"Setiap investasi harus masuk akal secara ekonomi. Kami akan membangun apa yang dibutuhkan pelanggan kami, kapan pun mereka membutuhkannya, dan mendapatkan kepercayaan mereka melalui eksekusi yang konsisten," sambungnya.

Namun saham Intel masih turun 4,5% dalam perdagangan yang diperpanjang, setelah perusahaan memperkirakan kerugian kuartal III 2025 yang lebih besar daripada perkiraan Wall Street.

Tan juga mengatakan kepada para analis bahwa ia yakin proses manufaktur 18A Intel yang telah diinvestasikan secara besar-besaran oleh pendahulunya, Pat Gelsinger, dapat menghasilkan keuntungan yang wajar hanya jika digunakan untuk produk-produk Intel sendiri.

Hal ini selaras dengan laporan Reuters pada awal bulan ini bahwa Tan sedang mempertimbangkan untuk berhenti menawarkan teknologi tersebut kepada pelanggan eksternal.

Di samping itu, dalam memo kepada para karyawannya, Tan mengatakan Intel sedang mengubah strateginya untuk membangun kapasitas manufaktur dan berencana untuk membangun pabrik hanya ketika permintaan untuk chip-nya ada. Sebelumnya, perusahaan telah membangun pabrik lebih awal dari permintaan di AS dan negara-negara lain.

Intel memperkirakan, kerugian kuartal III 2025 mencapai 24 sen per saham, lebih besar dari perkiraan kerugian sebesar 18 sen per saham, menurut data dari LSEG. Diproyeksikan pendapatan perusahaan mencapai US$ 12,6 miliar hingga US$ 13,6 miliar untuk kuartal September.

Meskipun semikonduktor saat ini dibebaskan dari tarif Presiden AS Donald Trump, Intel dan rekan-rekan pembuat cipnya menghadapi pelanggan yang enggan berkomitmen dalam pengeluaran di tengah ketidakpastian ekonomi makro yang meluas. Imbasnya, para pelanggan telah mempercepat pengiriman ke paruh pertama tahun ini.

Pendapatan Intel pada kuartal II untuk periode yang berakhir 28 Juni stagnan di angka US$ 12,9 miliar, mengakhiri penurunan penjualan selama empat kuartal berturut-turut. Hasil ini melampaui estimasi sebesar US$ 11,92 miliar.

Sementara itu, perusahaan memperkirakan bahwa langkah PHK akan berkontribusi pada biaya restrukturisasi sebesar US$ 1,9 miliar pada kuartal kedua.
Intel mencatat kerugian yang disesuaikan pada kuartal Juni sebesar 10 sen per saham, dibandingkan dengan estimasi laba sebesar 1 sen per saham. Kerugian yang tidak disesuaikan adalah 67 sen per saham pada kuartal kedua, lebih besar dari estimasi analis sebesar 26 sen per saham.

(shc/rrd)

Hide Ads