Jumlah penduduk miskin di Indonesia terus menurun. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Maret 2025, jumlahnya mencapai 23,85 juta orang atau setara 8,47% dari total populasi. Bahkan, jumlah penduduk miskin ekstrem turun menjadi hanya 2,38 juta orang atau 0,85%.
Meski angka tersebut mencetak rekor terendah dalam dua dekade terakhir, pemerintah menyebut capaian itu belum cukup. Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi menegaskan pemerintah belum puas dan akan terus bekerja keras menekan angka kemiskinan hingga sekecil mungkin.
"Turunnya angka kemiskinan tentunya ini sesuatu yang menggembirakan kalau didekati dari sisi turunnya angka kemiskinan. Tapi sesungguhnya kami pemerintah masih mau terus kerja keras supaya tercapai target sekecil-kecilnya untuk saudara-saudara kita itu yang tertinggal di garis kemiskinan ekstrem," ujar Prasetyo di Istana Kepresidenan, Jumat (25/7/2025).
Prasetyo menambahkan bahwa upaya menanggulangi kemiskinan tidak bisa hanya dibebankan kepada pemerintah. Peran dunia usaha dan masyarakat umum juga sangat dibutuhkan.
"Ini kerja keras bersama-sama semua unsur, tidak hanya pemerintah. Karena pengentasan kemiskinan itu bukan cuma domain pemerintah. Pemerintah itu siapkan strategi, regulasi, itu pasti. Tapi kami tak bisa berdiri sendiri. Di situ teman-teman di dunia usaha juga berperan penting, masyarakat pun berperan penting, edukasi juga penting," tegasnya.
Sementara itu, Deputi Bidang Statistik Sosial BPS Ateng Hartono menyebutkan angka kemiskinan pada 2025 ini menjadi yang terendah selama 20 tahun terakhir.
"Angka kemiskinan di 2025 ini merupakan terendah selama dua dekade terakhir," kata Ateng dalam konferensi pers pagi tadi.
Meski begitu, kemiskinan masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, yakni sebanyak 12,56 juta orang atau 52,66% dari total penduduk miskin nasional. Sedangkan jumlah paling sedikit berada di Kalimantan dengan 0,89 juta orang atau 3,75%.
(hal/rrd)