Terungkap! Ini Biang Kerok Banyak Kasus Beras Oplosan

Terungkap! Ini Biang Kerok Banyak Kasus Beras Oplosan

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Jumat, 25 Jul 2025 15:20 WIB
Pasar Induk Cipinang
Foto: Ignacio Geordi Oswaldo
Jakarta -

Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso menduga salah satu biang kerok maraknya kasus beras oplosan adalah persaingan usaha yang tidak sehat, termasuk di tingkat penggilingan.

Ia menjelaskan sekarang ini banyak pengusaha penggilingan yang berlomba-lomba membeli gabah dari petani. Untuk bisa 'memenangkan perlombaan' tersebut, sejumlah pengusaha penggilingan berani membeli gabah dengan harga tinggi.

Sebab dengan penawaran harga yang lebih tinggi, peluang untuk mendapatkan gabah dari petani menjadi semakin besar. Karena pada akhirnya para petani akan menjual gabah mereka kepada penggilingan yang bisa memberikan keuntungan lebih.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini yang sering terjadi kan persaingan tidak sehat, membeli bahan baku tidak sehat. Kan sekarang ini kayak berlomba membeli gabah. Si A beli Rp 6.700/kg, si B belinya Rp 6.750/kg, lari semua ke B. Nanti si C beli lagi Rp 6.800/kg, bahkan sampai di atas Rp 7.000/kg," paparnya kepada detikcom, Jumat (25/7/2025).

ADVERTISEMENT

Sayang, karena gabah-gabah ini dibeli dengan harga tinggi, untuk mendapatkan keuntungan lebih sejumlah oknum malah melakukan kecurangan dengan mengoplos beras medium dan menjualnya sebagai beras premium.

"Tapi kalau itu nanti ada hubungannya dengan kecurangan tadi. Ya, dia berani membeli mahal tetapi kualitasnya yang diturunkan, tetap ngaku standar mutunya bahwa itu adalah premium misalnya," jelas Sutarto lagi.

Menurutnya praktik ini tidak hanya merugikan konsumen karena mendapatkan produk yang tidak sesuai dengan mutu yang dijanjikan. Namun hal ini juga merugikan pengusaha penggilingan lainnya, terutama mereka para pengusaha kecil karena tidak sanggup bersaing secara modal.

"Ini kan yang lain juga dirugikan. Karena harga gabah yang dinaik-naikkan belinya tadi, jadi anggota yang lain, terutama yang modalnya kecil, wah nggak bisa mengikuti," ucapnya.

Meski begitu ia menegaskan bahwa biang kerok maraknya beras oplosan ini masih berupa dugaan. Sebab hal ini masih dalam proses penyelidikan, salah satunya oleh Direktorat Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim (Dittipideksus) Bareskrim Polri.

"Kalau itu terjadi, jadi jangan mengatakan bahwa itu pasti begitu. Kalau itu terjadi. Saya tidak ingin menyampaikan dan menanggapi itu karena ini masih diselidiki kan. Jadi supaya jangan mengganggu penyidikan. Karena opini ini kan bisa mengganggu," tegasnya.

(igo/fdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads