Menjamurnya bisnis thrifting barang impor ilegal di Tanah Air menyebabkan kerugian hingga triliunan rupiah. Pangsa pasar yang tadinya bisa menjadi milik produsen dalam negeri semakin berkurang karena adanya kegiatan thrifting.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Reni Yanita memperkirakan nilai kerugian akibat thrifting bisa mencapai triliunan rupiah. Meskipun, nilai pasti kerugian akibat thrifting belum bisa diketahui.
"Iya (kerugian triliunan). Soalnya kan itu berdampak langsung dong terhadap produsen dalam negeri kan yang menghasilkan barang sejenis. Orang juga katanya, oh iya dengan penghasilan seperti ini dia sanggupnya beli yang thrifting. Nggak juga karena produk baru, yang murah berkualitas juga banyak," katanya saat ditemui di kantor Kemenperin, Jakarta Selatan, Selasa (29/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Reni menjelaskan, produk thrifting masuk lewat jalur perbatasan yang minim pengawasan. Dalam hal ini ia menyebut pentingnya peningkatan pengawasan, mengingat kegiatan thrifting barang impor dilarang pemerintah.
"Nah itu biasanya masuknya itu dari pintu-pintu kepulauan-kepulauan juga. Ada juga banyak dari China juga. Yang China kan kita tahu produk apa juga dia bisa buat," sebut Reni.
Meski dilarang secara aturan, fakta di lapangan berkata sebaliknya. Menurut Reni hingga saat ini banyak pakaian-pakaian bekas yang masih dijual bebas di pasaran.
"Secara aturan kan udah jelas yang namanya pakaian bekas itu tidak boleh masuk di Indonesia kan. Tapi kita jumpai banyak sekarang di pasar-pasar juga ada banyak pakaian bekas kan itu yang dijual," tuturnya.
Namun, Reni menyebut ada pengecualian untuk kegiatan jual-beli barang bekas garage sale. Pasalnya produk pada garage sale umumnya bukan barang impor, melainkan barang bekas pakai yang kemudian dijual.
Upaya pemberantasan thrifting sebenarnya sudah dilakukan sejak 2 tahun lalu. Namun, bisnis ini tetap berjalan dan menjamu, salah satunya yang berlokasi di Pasar Senen.
"Nah satu-satunya strategi menurut saya kita mulai mengurangi nih, konsumen mulai sadar. Kan kalau namanya penjual kalau nggak ada pembeli kan dia akan tutup. Iya kan? Nah selagi konsumen kita masih cari dia akan terus menyajikan. Untuk itu pelan-pelan mungkin ya," tutup Reni.
Tonton juga video "Waspada Thrifting: Berpotensi Terkena Penyakit Kulit" di sini:
(kil/kil)