Heboh Fenomena Rojali, Kemenperin: Kebanyakan Hanya Makan

Heboh Fenomena Rojali, Kemenperin: Kebanyakan Hanya Makan

Ilyas Fadilah - detikFinance
Rabu, 30 Jul 2025 20:15 WIB
Ilustrasi belanja di mal
Ilustrasi - Foto: Shutterstock
Jakarta -

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengomentari fenomena 'Rojali' atau rombongan jarang beli yang muncul belakangan ini. Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita, menyebut kondisi ini tak lepas dari efek Pandemi COVID-19.

Menurut Yeni, masyarakat saat ini masih terbawa euforia setelah longgarnya pembatasan dari pemerintah. Hasilnya, masyarakat lebih memilih untuk jalan-jalan atau pergi ke tempat wisata ketimbang berbelanja.

"Waktu kemarin lebaran diharapkan kan tumbuh. Ternyata memang kita itu euforia setelah COVID, jadi yang tumbuh itu dia jalan-jalannya, wisatanya. Atau kalau ke mall bukannya belanja, itu kebanyakan hanya makan. Itu memang dua bulan terakhir seperti itu (fenomena Rojali)," kata Reni saat ditemui di Kemenperin, Jakarta, Rabu (30/7/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

IKMA Kemenperin berharap kondisi ini berubah karena momentum tahun ajaran baru serta Natal dan tahun baru (Nataru). Di sisi lain, marketplace juga didorong untuk menggenjot penjualan.

ADVERTISEMENT

"Juli ini tahun ajaran baru kan, seragam sekolah, seragam olahraga, alas kaki, itu juga banyak. Nah nanti mungkin kita harapkan juga di akhir tahun ini, Nataru, itu juga," sebut Reni.

Sebelumnya, Analis Kebijakan Ekonomi Apindo Ajib Hamdani menyebut fenomena Rojali dan Rohana terjadi karena kondisi pasar Indonesia yang unik. Ia menyebut adanya lipstick index yang memperlihatkan adanya penurunan konsumsi di masyarakat.

Namun untuk kebutuhan-kebutuhan tertentu, misalnya nonton konser atau pertandingan sepak bola, masyarakat tak segan mengeluarkan uang. Tak jarang tiket konser tetap ludes terjual meski dalam kondisi ekonomi seperti ini.

"Tapi jangan lupa kita itu punya lipstick index. Itu artinya memang konsumsi mereka secara umum menurun, tapi kalau ada kebutuhan-kebutuhan ekstra, misalnya kalau kita nonton bola itu selalu penuh. Kalau ada konser-konser kita tiket war aja biasanya kehabisan," sebut Ajib.

"Nah, fenomena lipstick index adalah bagaimana masyarakat itu melakukan konsumsi untuk barang-barang ekstra tersebut, tapi barang-barang umumnya mereka justru melakukan seleksi konsumsi," tambah dia.

Oleh karena itu ia percaya fenomena Rojali dan Rohana akan hilang dengan sendirinya. Mereka akan berubah menjadi Robeli ketika kemampuan daya belinya menjadi naik.

Simak juga Video: Analisis Fenomena Rojali yang Kini Eksis

(kil/kil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads