Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyurati 17 CEO perusahaan farmasi raksasa terkait permintaan penyesuaian harga. Dalam surat itu, Trump meminta harga obat resep di AS dipangkas hingga setara dengan harga yang berlaku di luar negeri.
Dilansir dari Reuters, Jumat (1/8/2025), Trump mengancam akan mengambil langkah lain dan mengeluarkan aturan baru demi menekan harga obat. Trump juga mengancam akan mengimpor obat murah jika permintaannya tak digubris.
Menurut Gedung Putih, surat itu dikirim kepada CEO 17 perusahaan farmasi raksasa, termasuk Eli Lilly, Sanofi, Regeneron, Merck & Co, Johnson & Johnson, dan AstraZeneca.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebagian besar usulan yang diterima pemerintahan saya untuk menyelesaikan masalah kritis ini hanyalah menawarkan hal yang sama; mengalihkan kesalahan dan meminta perubahan kebijakan yang ujung-ujungnya memberi miliaran dolar subsidi kepada industri," dikutip dari isi surat yang Trump posting di akun Truth Social.
Kabar ini langsung mempengaruhi pasar. Saham Pfizer, Eli Lilly, dan Gilead Sciences masing-masing turun sekitar 2%, sementara Indeks Farmasi NYSE Arca jatuh 3% pada Kamis.
Trump meminta produsen obat memberikan harga "most-favored-nation" kepada setiap pasien yang terdaftar dalam program Medicaid, yaitu program kesehatan pemerintah untuk masyarakat berpenghasilan rendah, dan menjamin harga tersebut berlaku juga untuk obat baru.
Kebijakan ini ditujukan untuk memangkas harga obat resep di AS hingga setara dengan harga terendah yang dibayar oleh anggota Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), yang beranggotakan sebagian besar negara ekonomi besar dunia.
Trump juga menuntut agar perusahaan mengembalikan pendapatan berlebih yang diperoleh dari kenaikan harga di negara lain untuk menutupi harga yang lebih rendah di AS, sehingga manfaatnya bisa dirasakan pasien dan pembayar pajak di Amerika.
selain itu, ia mengharuskan produsen obat berkomitmen tidak memberi harga lebih murah kepada negara maju lain dibandingkan harga untuk AS. Trump mengatakan akan membuka jalur agar produsen obat bisa menjual langsung ke pasien dengan harga most-favored-nation, tanpa perantara.
Most-favored-nation artinya pihak tersebut harus mendapat harga atau perlakuan terbaik yang sama seperti yang diberikan kepada pihak mana pun. Perusahaan diberi waktu hingga 29 September untuk memberikan komitmen resmi terhadap persyaratan tersebut.
"Jika Anda menolak untuk mengambil langkah ini, kami akan menggunakan semua cara yang kami miliki untuk melindungi rakyat Amerika dari praktik harga obat yang sewenang-wenang," tegas Trump.
Namun, sejumlah analis, pelobi, dan pakar kebijakan harga obat menilai kecil kemungkinan perusahaan farmasi akan mematuhi tuntutan Trump.
"Bisa jadi mereka akan mencoba melihat apakah ada produk mereka yang saat ini bisa dijual langsung (sesuai salah satu permintaan) dengan harga lebih murah dari harga yang berlaku di AS," kata Stacie Dusetzina, profesor kebijakan kesehatan di Universitas Vanderbilt, Nashville.
Analis UBS, Trung Huynh, menilai surat Trump ini hanyalah pengulangan tuntutan sebelumnya dan kemungkinan besar tidak akan berdampak signifikan pada industri, menyebutnya sebagai "sekadar tembakan acak yang belum tentu kena sasaran.
Trump sebelumnya sudah mendorong perubahan sukarela, dan beberapa perusahaan memang berjanji membangun pabrik baru di AS. Namun faktanya, pasien AS tetap membayar harga obat resep jauh lebih mahal dibandingkan negara maju lain, bahkan hampir tiga kali lipat.
(ily/hns)