Indonesia menyimpan potensi di sektor kelapa. Beberapa negara menjadi tujuan utama ekspor kelapa Indonesia, baik dalam bentuk mentah maupun produk turunan lainnya.
Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat modal besar yang dikeluarkan China untuk investasi kelapa di Indonesia. Negeri Tirai Bambu itu menanamkan investasi mencapai US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,67 triliun pembangunan pabrik atau fasilitas pengelolaan kelapa.
"China ini kita cukup aktif ya engagement-nya. Saya melihatnya mereka appetite-nya tetap tinggi masuk ke Indonesia, dan tidak hanya di pengelolaan mineral, mereka pun masuk ke pengelolaan contohnya kelapa, dan mereka sudah mulai groundbreaking juga baru ini," kata Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM, Rosan Roeslani, usai konferensi pers di Kantor BKPM, Jakarta Selatan, Selasa (29/7/2025) lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Luas Lahan dan Produktivitas Perkebunan Kelapa
Berdasarkan Buku Statistik Perkebunan 2023-2025 yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan), luas areal perkebunan kelapa tahun ini diproyeksikan tumbuh dengan dominasi perkebunan rakyat (PR) mencapai 3.274.321 hektare (ha). Sementara perkebunan besar negara (PBN) dan perkebunan besar swasta (PBS) masing-masing hanya sebesar 443 ha dan 36.591 ha.
Angka tersebut tercatat meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya, yakni PR seluas 3.273.278 ha, PBN 398 ha. Namun untuk perkebunan kelolaan swasta menyusut dari luas areal tahun 2024, yakni sebesar 42.146 ha. Begitu juga dengan estimasi produksinya.
Perkebunan kelapa yang dikelola rakyat diprediksi memproduksi sekitar 2.821.927 ton, naik dari angka tahun 2024 sebesar 2.791.147 ton. Sementara produksi untuk PBN diperkirakan menyentuh 565 ton dan PBS sebesar 34.345 ton. Meski demikian, produktivitas perkebunan rakyat dan pemerintah diprediksi berada di bawah swasta.
Namun begitu, produktivitas perkebunan rakyat diprediksi menyentuh angka tertingginya sejak 2022, yakni sebesar 1.127 kg per ha. Produktivitas PBN juga diperkirakan akan jauh lebih tinggi dari 2023-2024, yakni sebesar 1.285 kg per ha. Meski demikian,produktivitas kelapa tertinggi masih dipegang oleh PBS di tahun 2025, yakni sebesar 1.381 kg per ha.
Berdasarkan data tahun 2023, terdapat tiga kategori perkebunan kelapa dalam negeri yang menunjukkan tingkat produktivitas komoditas tersebut. Dari luas areal perkebunan kelapa 3,31 juta ha di tahun 2023, hanya sekitar 2,54 juta ha tanaman yang menghasilkan. Terdapat 410,78 ribu ha tanaman yang belum menghasilkan dengan 375,03 ribu ha tanaman rusak atau tidak menghasilkan.
"Provinsi sentra pengelolaan tersebar di 38 Provinsi. Terbesar di Provinsi Riau seluas 440 ribu ha dengan
produksi sebesar 411 ribu ton," tulis Buku Statistik Perkebunan 2023-2025 Direktorat Jenderal Perkebunan Kementan, dikutip Rabu (6/8/2025).
Harga dan Pasar Ekspor Kelapa
Harga kelapa pada 2023 juga tercatat belum begitu memuaskan, baik di dalam negeri maupun dunia. Pada tahun tersebut, harga kelapa dalam negeri naik tipis menjadi Rp 6.375 per kg hingga bulan Desember 2023, dari Rp 6.336 per kg di bulan sebelumnya. Sementara untuk harga kelapa dunia tercatat menurun di tahun 2023, yakni sebesar US$ 1.109 metrik ton di bulan Desember, turun dibandingkan bulan November sebesar US$ 1.115 metrik ton.
Pada 2023, volume dan nilai ekspor kelapa Indonesia juga tercatat naik. Secara kumulatif pada tahun 2023, Indonesia tercatat telah mengekspor kelapa sebanyak 2,17 juta ton dengan sebesar US$ 1,31 juta atau sekitar Rp 21,52 miliar (kurs Rp 16.372).
"Terdapat 15 kode HS untuk ekspor dan impor kelapa. Ekspor terbanyak dari kode HS 15131990 (minyak kelapa setengah jadi) dengan nilai US$ 392,26 atau 29,84%," terang buku tersebut.
Kemudian untuk pasar ekspor, China tercatat menjadi negara tujuan utama pertama komoditas kelapa Indonesia dengan persentase sebesar 17,42% atau sekitar US$ 228.947 atau sekitar Rp 3,74 miliar. Di posisi kedua ada Malaysia sebesar US$ 209.812 (15,96%), Belanda US$ 146.561 (11,15%), Amerika Serikat US$ 111.300 (8,47%), Srilanka US$ 84.248 (6,41%), Korea Selatan US$ 52.725 (4,01%), dan Thailand US$ 22.946 (1,75%).
Simak juga Video Prabowo: Jaga Kebun Kelapa Sawit Kita, Itu Aset Negara