Penurunan tren gowes menyebabkan penjualan sepeda di Tanah Air kian merosot dari waktu ke waktu. Tak terkecuali untuk penjualan sepeda-sepeda mewah dengan harga puluhan hingga ratusan juta.
Kondisi ini terlihat salah satunya di STC Senayan, Jakarta Pusat. Dulu kawasan ini merupakan salah satu pusat sepeda kelas atas, namun kini hampir seluruh toko gowes di pusat perbelanjaan itu tutup dan gulung tikar. Hanya menyisakan satu toko sepeda saja yang masih bertahan hingga kini.
Runtuhnya penjualan sepeda dalam negeri hingga banyaknya toko yang gulung tikar ini dibenarkan oleh Ketua Asosiasi Pengusaha Sepeda Indonesia (Apsindo) Eko Wibowo. Ia mengatakan sejak tren gowes memudar pada 2021 hingga sekarang, secara umum penjualan sepeda di Indonesia jatuh hingga 70%.
"Sebenarnya tahun paling berat itu tahun kemarin sama tahun ini. Volumenya luar biasa turun jauh. Kalau dihitung mulai dari tahun 2021, turunnya sudah 70%. Kan tren bersepeda itu naik tinggi pas pandemi, 2020 itu, dari situ sudah turun hingga 70%," kata Eko kepada detikcom, Jumat (8/8/2025).
Karena itu dirinya tak heran jika akhirnya banyak penjual sepeda tidak bisa bertahan karena kurang pembeli. Bahkan menurutnya kondisi ini tak hanya membuat banyak toko sepeda tutup, namun juga berdampak pada para importir hingga pabrik-pabrik sepeda dalam negeri.
"Tutup banyak, pertama yang berdampak itu kan adalah di toko dulu. Toko sudah nggak ada aktivitas penjualan dan sebagainya. Terus juga toko tutup, lalu juga importir juga tutup. Terus kedua pabrik juga mengurangi line produksi," ucapnya.
"Nah yang sekarang bertahan itu yang benar-benar memang perjalanan bisnis utamanya dalam sepeda selama bertahun-tahun. Jadi dia bisa menyesuaikan dengan situasi yang ada walaupun dengan volume yang sangat kecil," sambung Eko.
Lebih lanjut Eko mengatakan kondisi penurunan tren gowes ini paling berdampak ke toko-toko dan importir sepeda kelas atas alias branded yang dibanderol bisa sampai ratusan juta itu. Sebab sepeda-sepeda mewah ini biasanya dibeli sebagai salah satu tren 'gaya hidup', yang kini sudah tidak ngetren lagi.
"Sepeda itu kemarin kan ramai yang untuk barang branded karena lifestyle. Pada saat lifestyle itu berubah, yang paling berdekatan itu kayak lari, pada saat mereka sudah seneng sepeda terus mereka pindah lari, ya sudah tren sepedanya turun. Penjualan tuh efek sekali," papar Eko.
"Nah sekarang ini padel (sedang tren), ya habis sudah. Efek karena budget mereka juga terbatas, mereka akan memilih prioritas mana yang lagi tren dan mereka mau ikutin," jelasnya lagi.
Saksikan Live DetikSore:
(igo/fdl)