Prasasti Center for Policy Studies menilai data konsumsi rumah tangga yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) bukan mengada-ada. Konsumsi rumah tangga menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 sebesar 5,12%.
Berdasarkan data BPS, konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2025 tumbuh 4,97%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu 4,93%.
Policy and Program Director Prasasti, Piter Abdullah Redjalam mengatakan data BPS valid dan dapat dipercaya. Piter menjelaskan konsumsi rumah tangga masih tetap terjaga di tengah gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) serta indeks keyakinan konsumen yang menurun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya kira angka yang disampaikan oleh BPS itu masih cukup valid dan reliabel untuk kita pakai, bahwasannya di tengah berbagai gejolak perekonomian, PHK, indeks keyakinan konsumen yang turun, tapi konsumsi nggak turun," ujar Piter dalam konferensi pers di Jakarta Pusat, Selasa (12/8/2025).
Piter melanjutkan, konsumsi rumah tangga tidak elastis ke kelompok menengah ke atas lantaran daya beli tetap terjaga. Sementara untuk kelompok bawah, konsumsi rumah tangga bersifat sangat elastis karena mudah terkena gejolak situasi ekonomi.
Berikutnya, konsumsi rumah tangga kalangan menengah ke bawah tetap terjaga lantaran pemerintah menggelontorkan bantuan sosial (bansos). Menurut Piter, penyaluran bansos menjadi bantalan bagi masyarakat kelas bawah.
"Kelompok bawah ini konsumsinya biasanya sangat elastis. Ketika mereka dapat gangguan penghasilan, konsumsi mereka tetap tidak turun? Kenapa konsumsi mereka tidak turun, yaitu bantuan sosial dari pemerintah itu meningkat. Jadi, bantuan sosial pemerintah itu membantu tingkat konsumsi di level bawah, itu tetap bertahan, sehingga secara keseluruhan, konsumsi kelompok menengah atas plus kelompok bawah itu relatif terjaga," terang dia.
Ia menilai pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih belum cukup tinggi. Namun, ia menyebut hal ini wajar untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini.
"Dan itulah yang tertampil di dalam datanya BPS, di mana pertumbuhan konsumsi kita relatif jaga, tapi itu tidak cukup tinggi ya, karena baik itu triwulan I, triwulan II, dua duanya angkanya di bawah 5%. Menurut saya sebagai ekonom angka yang wajar untuk tingkat perekonomian kita saat ini. BPS tidak mengada-ada untuk tingkat konsumsi," imbuh Piter.
Lihat juga Video: Kala BPS Diadukan ke PBB soal Data Pertumbuhan Ekomi RI 5,12%