Gaji Habis di Kantin dan Kopi: Cerita Pegawai Jakarta yang Sulit Nabung

Gaji Habis di Kantin dan Kopi: Cerita Pegawai Jakarta yang Sulit Nabung

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Selasa, 12 Agu 2025 16:53 WIB
Makan Siang Pegawai Jakarta
Foto: Ignacio Geordi Oswaldo
Jakarta -

Tingginya pengeluaran pegawai kantoran di Jakarta, mulai dari makan siang hingga kopi sebagai penyemangat saat kerja, sering kali membuat gaji bulanan yang diterima hanya 'numpang lewat'. Padahal berbagai siasat sudah dilakukan agar pengeluaran saat bekerja tidak semakin membengkak.

Sebut saja Putra (29), seorang pekerja kantoran di kawasan Setiabudi yang sudah berusaha menekan biaya makan siangnya setiap hari agar pengeluaran tak makin membludak. Namun dalam sekali makan, Rp 40.000 bisa melayang dengan mudah.

Pengeluaran ini kerap kali sudah termasuk 'biaya lain' setelah makan, seperti kopi agar tetap segar saat bekerja hingga sore nanti. Sehingga secara keseluruhan, Putra bisa menghabiskan dana hingga Rp 40.000 meski sudah berhemat dari segi makan siang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sekali makan kalau di kantor sih range-nya sekitar Rp 30.000-Rp 40.000. Makanya saya juga bawa tumbler biar kalau makan nggak usah pesan minum. Itu lumayan bisa jadi saving juga sih sebenarnya," paparnya.

Pada akhirnya, pengeluaran untuk bekerja di kantor sudah menghabiskan sekitar 30% dari gaji Putra. Pengeluaran ini juga belum termasuk biaya lain untuk tinggal di Jakarta, mengingat ia merupakan perantau yang tidak memiliki rumah pribadi.

ADVERTISEMENT

Belum lagi dirinya juga masih harus mengirimkan sejumlah uang untuk keluarga di kampung halaman. Membuat Putra kian sulit menyisihkan dana setiap bulannya.

"Saya sih sebenarnya melihat beberapa konten di YouTube tentang keuangan gitu. Financial advisor dan semacamnya, katanya sih sebisa mungkin kita harus nabung terus siapkan dana darurat, secara urutannya kayak gitu. Cuma fakta yang saya alami sekarang sih memang saya jujur belum bisa nabung," ucapnya.

"Karena selain untuk kebutuhan pribadi juga di kampung ada keluarga. Walaupun saya belum nikah, tapi mungkin istilah zaman sekarang disebut generasi sandwich kali ya, jadi ya sedikit banyak juga harus ada kirim lah," sambung Putra.

Alih-alih menabung, tak jarang Putra harus menambal pengeluarannya dengan layanan pay later. Namun sebisa mungkin utang ini akan langsung dilunasi pada bulan itu juga agar tak menjadi beban di kemudian hari. Gaji yang diterima pun hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan mengirim sebagian dana ke keluarga.

"Kadang pay later mau beli barang. Tapi sebisa mungkin di bulan itu juga saya harus lunasin sih. Tapi sekarang nggak ada, cuma kalau pernah pakai ya pernah," ujarnya.

Sementara itu, ada juga pekerja kantoran di kawasan Setiabudi lainnya bernama Mahesa (27) yang merasa sulit untuk menabung karena besarnya pengeluaran sehari-hari. Termasuk pengeluaran untuk makan siang di kantor yang bisa menyedot 25-30% dari gajinya tiap bulan.

Padahal sehari-hari Mahesa sudah berusaha menekan biaya makan dengan pilihan menu yang lebih murah di kantin atau pujasera dekat kantornya. Namun sebagai pekerja, ia tak memungkiri ada biaya-biaya lain yang kerap ikut keluar saat bekerja, seperti uang rokok, kopi, hingga jajanan.

"Kurang lebih kisaran kurang dari Rp 1 juta sih bisa kalau untuk makan doang. Kadang kan kalau pekerja ada uang rokoknya gitu, kadang juga jajan juga dihitung kan," kata Mahesa.

Pada akhirnya, ia merasa gajinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan harian, tanpa banyak sisa bahkan untuk menabung. Ini membuatnya harus lebih berhemat, terutama dalam urusan makan.

"Kadang memang di Jakarta gini walaupun kita kerja kelihatannya lumayan, tapi memang dari segi salary kadang nggak mencukupi. Jadi kita juga harus hemat budget sih kalau untuk masalah cost buat makan," paparnya.

Untuk bisa mengurangi pengeluaran lebih banyak, Mahesa memilih membawa bekal dari rumah. Dengan begitu, ia bisa menyisihkan sebagian penghasilan untuk ditabung.

"Dalam satu minggu paling banyak bisa dibilang sampai 4 kali bawa bekal, sisanya makan di luar. Jadi ya pertama untuk menekan budget, kedua ya buat nabung juga kan. Kalau kita hitung-hitung memang cost-nya bisa Rp 200-300 ribu kalau misalkan kita nggak bawa bekal," paparnya.

(igo/fdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads